Sabtu, 24 Januari 2015

"AIR SUSU IBU" By Hugh Jolly



Image Nadifa minum susu botol ( Foto: SP )
Nadifa minum susu botol
HUGH JOLLY: “AIR SUSU IBU”

UNGKAPAN KASIH - Minggu, 25 Januari 2015 - ORANG PRANCIS sering mempunyai gagasan yang bagus-bagus, dan program sesudah perang mereka untuk mengorganisir pelayanan kesehatan anak adalah sesuatu yang patut dijadikan contoh.  Sampai-sampai mereka mengajukan gagasan untuk membayar ibu-ibu yang mau menyusui bayinya.  Apapun yang mendorong para ibu memberikan susunya sendiri kepada bayinya adalah pantas untuk diperhatikan.  Namun rupanya pendorong yang paling efektif ialah membuat para ibu mengerti sebaik-baiknya tentang apa gunanya menyusui anak, baik bagi anak maupun bagi sang ibu sendiri.

Kalau kita mendengar seorang ibu menggambarkan perasaan besar hatinya karena mengetahui bahwa bayinya tumbuh dan menjadi sehat dan segar semata-mata berkat susu yang diberikannya, itulah pertanda suatu penyusuan yang berhasil.  Kenikmatan badani yang biasa melekat pada payudara tidaklah hilang karena disusukan kepada si bayi.  Alam tidaklah sebodoh itu.

Anggapan yang keliru ini masih sering ditambah pula dengan pengaruh tetangga dan sanak saudara karena mungkin mereka sendiri telah mengalami penyusuan yang tidak berhasil lalu memberikan nasehat agar jangan menyusui anak, atau mungkin bahkan sebelum si calon ibu hamil.  Mungkin sangat bergunalah kalau pengetahuan tentang air susu ibu dan menyusui bayi diajarkan lebih mendalam di samping ilmu faal tubuh di sekolah.  Sekali seorang wanita sudah hamil, dia hendaklah sudah tahu segala sesuatu yang menyangkut hal itu.  Tetapi banyak calon ibu yang pada waktu pemeriksaan kehamilan belum tahu menahu atau memutuskan tentang mau menyusui bayinya dengan air susunya sendiri atau dengan susu sapi saja.  Agaknya, sebaiknya pembicaraan tentang masalah ini dijadikan bagian khusus daripada tugas klinik bersalin.

Tentu saja kita tahu juga bahwa ada beberapa orang yang memang tidak mampu menyusui bayinya karena keadaan fisiknya, tetapi orang seperti itu tidaklah banyak.  Sebab sangat jaranglah seorang wanita yang melahirkan bayi tetapi tidak tidak keluar air susunya.  Kesulitan yang paling biasa adalah bahwa puting susu tidak menonjol sehingga tidak mungkin dikenyot oleh si bayi, tetapi hal ini dapat diatasi dengan menggunakan puting buatan yang dipasang diujung susu.  Kesulitan lain yang menyangkut pada ketidakmampuan menyusui ialah tidak keluarnya air susu karena si ibu terlampau cepat kembali ke pekerjaan rumah tangga secara penuh sebelum laktasi atau keluarnya  air susu mulai secara tetap.  Dalam keadaan demikian air susu seakan-akan mengering kembali. Selain itu ada ibu-ibu yang terpaksa segera kembali ke pekerjaannya di luar rumah.  Bagi mereka ini menyusui bayinya biar hanya dalam jangka beberapa waktu sudah lebih baik daripada tidak sama sekali.  

Beberapa ibu mempertimbangkan masalah menyusui atau tidak berdasar alasan bahwabegitu bayi, menyusu kepada ibunya adalah makanannya yang alamiah.  Ini benar juga, tetapi tidak cukup, terutama setelah sekarang ini orang mengetahui lebih banyak manfaat air susu ibu, khususnya yang bersifat biokimiawi, baik bagi si bayi maupun bagi ibu.

Komposisi susu sapi tidaklah seratus persen cocok untuk bayi manusia.  Hal ini biasanya tidak menimbulkan kesulitan apapun kalau si bayi lahir normal dan tidak terlampau dini.  Tetapi kalau tidak, masalah pelik dapat timbul.  Air susu ibu kadar proteinnya lebih sedikit daripada susu sapi dan kadar protein yang rendah ini cocok untuk berfungsinya ginjal bayi yang baru lahir.  Pada waktu yang lalu, ginjal seorang bayi yang baru lahir dianggap sebagai alat yang tidak efisien bila dibandingkan dengan ginjal orang dewasa, tetapi pendapat seperti itu kurang memberikan pertimbangan bahwa air susu ibu komposisinya sudah disesuaikan dengan kemampuan ginjal si bayi, lagi pula orang lupa bahwa anak kecil tumbuh dengan sangat cepat bila dibandingkan dengan orang dewasa.  Memang benar bahwa ginjal bayi belum seefisien ginjal orang dewasa untuk mengolah kadar protein yang tinggi, tetapi memang maksudnya bukan itu, sebab kadar protein air susu ibu lebih rendah dan lagi tidak semua protein langsung ke ginjal.  Sebagian besar protein dipergunakan bagi pertumbuhan bayi yang pesat itu sebelum sampai di ginjal untuk dibuang lagi.

Air susu ibu bila dibandingkan dengan air susu sapi, kadar fosfor, kapur, sodium dan kloridnya lebih sedikit.  Ukuran yang lebih rendah itu sesuai dengan kemampuan ginjal si bayi, sedangkan muatan elektrolit yang lebih berat pada susu sapi itu dapat menimbulkan masalah.  Kalau fosfor itu misalnya menjadi terlalu banyak, bayi dapat terkena apa yang disebut tetany — suatu bentuk terkejat-kejat (sangat lain dari tetanus) — yang disebabkan karena kurangnya kapur.
Kebanyakan sodium dan klorid akan menimbulkan masalah yang lebih serius, sebab ginjal byi kiranya tidak mudah dapat menghasilkan urine cukup pekat untuk menghanyutkannya.  Akibatnya, bayi mengeluarkan urine cair sebanyak mungkin dan bila terlalu banyak dia akan mengalami dehidrasi, sedang karenanya sodium di dalam tubuh terus meningkat.  Mungkin inilah sebab makin banyaknya angka kematian bayi yang disusui dengan susu sapi melulu.

Pengertian baru mengenai perlunya bayi manusia minum susu manusia seperti disebutkan di atas itu merupakan sebab mengapa para produsen susu kalengan tunggang-langgang bersaing untuk mengubah komposisi susu sapi yang diperuntukkan bagi bayi.  Produsen-produsen yang terbesar dewasa initelah melakukan perubahan tersebut dan memang formula baru mereka sudah lebih aman daripada yang sebelumnya.  Namun bagi kita menjadi jelas  pula bahwa peraturan pembuatan susu bagi bayi yang dicantumkan pada kaleng susu sungguh-sungguh perlu diperhatikan, sebab, susu yang dibuat terlalu kental dapat benar-benar berbahaya.

Air susu ibu menghasilkan pH yang kadar asamnya lebih tinggi di dalam lambung.  Ini merupakan keuntungan sebab ini mendorong pertumbuhan laktobasil yang tidak berbahaya dibandingkan dengan koliformbasil yang dapat berbahaya.  Air susu ibu, khususnya kolostrum — bentuknya yang paling awal, mengandung antibodi yang merupakan tambahan pelindung terhadap penyakit.  Gastroenteritis hampi tak dijumpai pada bayi yang disusui dengan air susu ibu, sedang gangguan itu dapat membawa maut bagi bagi bayi yang disusui susu sapi, terutama di negara-negara kurang maju yang belum begitu mementingkan sterilnya peralatan menyusui. Selain itu semua, protein pada susu sapi dan air susu ibu juga tidak sama.  Mungkin inilah yang menyebabkan banyak anak minum susu sapi yang berpenyakit eksim, karena mereka itu telah menjadi alergis terhadap protein ini.  Alergi terhadap susu sapi dapat pula menjadi penyebab kambuhnya bronkitis dan eksim.

Satu keuntungan yang baru-baru ini diketemukan pada penyusuan dengan susu ibu berhubungan dengan kegemukan ibu — penemunya, Dr. Donald Naismith dari Queen Elizabeth College, London, telah mendapatkan medali pergizian pada tahun 1973.  Dr. Naismith menunjukkan bahwa laktasi memberikan kesempatan kepada ibu yang baru melahirkan untuk membuang lemak yang telah menumpuk selama masa mengandung untuk menunjang kehidupan bayinya.  Siklus reproduksi seorang wanita baru selesai setelah selesainya laktasi, bukan pada waktu bayi dilahirkan.  Kalau siklus ini dihentikan pada saat kelahiran saja, maka ada kemungkinan si ibu tetap menyimpan lemak yang lebih banyak daripada sebelum mengandung.

Salah satu alasan menentang penyusuan ibu ialah bahwa sang ibu kehilangan bentuk idealnya.  Sekarang ini terbukti bahwa menyusui justru mengembalikan kehilangan bentuk tersebut.  memang benar bahwa bentuk payudara akan berubah, tetapi perubahan ini sebenarnya lebih merupakan akibat kehamilan, bukan karena menyusui.  Lagi pula kemampuan menyusui tidaklah tergantung dari besar kecilnya payudara ibu.

Satu aspek lain dari pulihnya bentuk ke normal ialah yang terjadi pada uterus.  Penyusuan menyebabkan dihasilkannya oksitosin, yaitu hormon yang salah satu pengaruhnya ialah mengerutnya uterus kembali ke normal.  Jadi penyusuan mempercepat pulihnya keadaan uterus ke keadaannya dahulu.  Pengerutan ini kadang-kadang dapat dirasakan oleh ibu pada uterusnya selagi si bayi menyedot susu dari payudaranya.

Si bayi dapat juga menjadi gemuk bila disusui dengan botol, sebab seorang ibu dapat mendorongnya untuk menghabiskan seisi botol.  Seorang bayi yang didorong lalu dipuji kalau menurut, lama-lama dapat bereaksi dengan minum berlebihan.  Dan bayi yang gemuk akan berkembang menjadi orang dewasa yang gemuk. 

Banyak ibu yang mengeluh bahwa mereka tak dapat mengatakan berapa banyak susu yang dihabiskan si bayi, dan hal ini dijadikan alasan untuk menyusui dengan botol.  Sebenarnya inilah katup pengaman alamiah melawan minum berlebihan.  Bayi yang menyusui di payudara selalu berubah-ubah banyaknya susu yang diminumnya.  Bayi yang sehat merupakan penentu paling tepat tentang kebutuhannya sendiri, dan hendaknya keputusan diserahkan kepadanya sepenuhnya.  Asalkan ia sudah nampak puas sesudah melepaskan puting payudara ibunya, ia jelas sudah mendapatkan cukup.  Oleh sebab itu tes penyusuan yang dulu biasa dilakukan untuk mengetahui berapa banyak susu yang dapat diberikan seorang ibu, dewasa ini sudah tidak model lagi, sebab hal itu hanya membuat sang ibu menjadi gelisah dan kegelisahan mengurangi produksi susu.

Kalau dibandingkan dengan anak sapi, maka normallah bahwa bayi manusia minta susu sedikit tetapi sering.  Penyelidikan dengan berbagai anak mamalia menunjukkan bahwa ada saling kaitan antara kadar protein dan seringnya menyusu.  Karena kadar protein sussu manusia hanya sedikit, maka wajarlah bahwa bayi manusia perlu sering menyusu, sedang anak sapi yangkadar protein dalam susunya lebih tinggi bisa jarang menyusu.  Maka tidak semestinyalah kalau di rumah sakit byi dijatah setiap tiga jam atau setiap empat jam saja.

Suatu penyelidikan di antara orang pribumi di Afrika dengan bayi-bayi yang ditidurkan di sebelah ibunya yang berbaju, memperlihatkan jarak menyusu bayi pada awal hidupnya antara 20 menit saja.  Maka jelas bahwa pernyataan tiap tiga atau empat jam harus merupakan kegagalan sebab kurang mengingat fisioogi laktasi.  Yang paling baik adalah penyusuan berdasar permintaan.  Seorang dewasa yang lapar akan pergi ke dapur atau mengambil sendiri makanan pengisi perutnya, atau minta saja.  Bayi susuan hendaknya disusui “menurut permintaan si bayi”.

Ada lagi nasehat orang yang kurang semestinya, yaitu penyusuan “sepuluh menit kiri dan kanan”.  Berapa waktu yang dibutuhkan si bayi untuk menyusu pada satu sisi henfaklah ditentukan oleh si bayi sendiri.  bisa saja ia sudah memenuhi kebutuhannya setelah minum dari payudara yang kiri saja; atau bisa juga setelah yang kiri kosong ia masih lapar dan ibu memindahkannya ke sebelah kanan.  Kemungkinannya ialah bahwa payudara yang kedua ini tidak disedotnya sampai kosong sebelum ia tertidur.  Tetapi dengan jalan memberikan yang masih tersisa itu lebih dulu pada penyusuan berikutnya, akan terjaminlah bahwa setiap payudara berurutan menjadi kosong.  Hal ini akan memenuhi hukum fisiologis yang lain lagi, bahwa untuk pengisian sempurna diperlukan pengosongan sempurna.

Bayi yang normal tidak memerlukan air susu atau susu botolan untuk memenuhi kebutuhannya akan susu ibu, dan hendaklah dipahami, bahwa setiap rambahan cairan yang diminum si bayi selain susu ibunya akan menyebabkan payudara ibu mengurangi produksi susunya sebanyak itu pula.  Payudara ibu berproduksi menurut sistim kebutuhan dan pengisian.

Sebenarnya kemampuan ibu-ibu dewasa ini untuk menyusui tidaklah kurang dari ibu-ibu di masa lalu, tetapi yang menimbulkan masalah dewasa ini ialah bahwa seetiap orang sudah ahli dan pintar dalam hal memberi nasehat tentang perawatanbayi, khususnya tentang penyusuan.  Hal ini jelas di rumah sakit, di mana ibu yang baru sering menjadi bingung oleh nasehat staf dan perawat yang saling bertentangan.

Satu hal lagi yang sering menimbulkan pertentangan pendapat ialah tentang berapa lamakah orang harus menyusui seorang bayi.  Hanya satu jawaban yang dapat diberikan di sini, yaitu “selama anda menghendakinya”.  Alam membuat penyusuan itu menyenangkan, dan tidak ada alasan mengapa kesenangan ini harus dihentikan pada waktu tertentu.  Ada ibu yang mengatakan bahwa menyusui jadi semakin menyenangkan setelah memasuki tahun kedua.  Mungkin ada yang mengajukan pendapat bahwa dengan umur itu anak sudah akan mempunyai gigi dan dapat menyakitkan bagi ibu.  Tetapi bayi yang menyusu bukannya makan melainkan menyedot, artinya ia tidak mengunyah sehingga giginya tidak perlu menimbulkan sakit pada ibu.

Bagaimanapun juga, menyapih anak yang menyusu ibu lebih mudah daripada menghentikan anak menggunakan botol.  Bagi anak menyusu botol paling baik sejak usia enam bulan, dan sejak usia ini anak mulai dilatih untuk makan makanan yang agak keras dan lambat-laun mengajarinya menggunakan sendok dan gelas serta lepas dari botol.  Kalau tidak, makin lama ia akan makin sukar melepas botolnya sepanjang hari.  Sang anak tidaklah begitu terpisahkan dari payudara ibunya, mungkin karena ibu dapat menyapihnya dengan memberinya kesibukan dengan mainan dan kegiatan lain bersama ibu sehingga anak tak merasakan frustasi.

 Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)

sabtu, 24 Januari 2015 – 21:48 WIB
Sita Rose
Di Pangarakan, Bogor  

Minggu, 18 Januari 2015

HUGS JOLLY: "HARUSKAH BAYI SELALU MENANGIS ?"

Ratu Balqis Khumaira 5 bulan (Foto: SP)
RATU BALQIS KHUMAIRA 5 BULAN


UNGKAPAN KASIH - Minggu, 18 Januari 2015 - BANYAK orang kurang mengerti gawatnya masalah bila bayinya selalu menangis.   Betapa sering kita mendengar orang berpendapat, “Menangis itu sehat bagi seorang bayi, dengan demikian ia melatih paru-parunya”.  Cobalah kita pikirkan, apa sebabnya seorang bayi harus “melatih” paru-parunya, sedang orang tua kok tidak.  Mungkin orang mengkaitkan gagasan itu dengan tangisan pertama si bayi sesudah lahir.  Memang   tangisan tersebut vital untuk mengembangkan paru-paru sepenuh-penuhnya, tetapi sesudah yang sekali itu tangisan tidak pernah diperlukan untuk berfungsinya paru-paru.

Ada yang berpendapat bahwa menangis adalah satu-satunya cara seorang bayi mengungkapkan perasaannya dan karenanya tangisan bayi tidak harus disamakan dengan tangisan anak yang lebih besar.  Pendapat ini ada juga benarnya, karena tangisan baginya adalah satu-satunya cara menarik perhatian orang tua bila ia minta disusui, bila merasa terlalu panas atau terlalu dingin.

Tetapi bayi tak menangis terus-menerus dengan alasan-alasan tersebut.  juga ia tidak menangis karena popoknya basah,  misalnya.  Coba kita pikirkan, kenapa bayi yang dihangatkan rapat-rapat itu harus menangis karena popoknya tiba-tiba bertambah hangat oleh air kencingnya sendiri?

Kita kadang-kadang terlalu cepat mencari alasan-alasan praktis untuk menjelaskan mengapa bayi selalu menangis, dan tidak melihat lebih mendalam.  Mengapakah bayi yang “tumbuh giginya” harus menangis sedang anak-anak yang lebih besar yang giginyapun tumbuh dan lebih banyak pula, tidak menangis?  Jadi, kalau bukan sebab-sebab itu, lalu kenapa bayi menangis berkepanjangan?

Kalau seorang bayi menangis bukan karena lapar, kepanasan atau kedinginan, dapat juga karena ia merasa bosan atau sedih.  Bayi juga mengenal perasaan batin.  Sebagaimana kita tahu, bayi memerlukan rangsangan untuk berkembang dengan kecepatan maximum.  Sarana rangsangan yang paling cocok ialah permainan.  Hal ituberlaku bagi bayi maupun anak-anak yang lebih besar.   Dan si bayi seolah-olah mengetahui hal ini, sehingga kalau dibiarkan sendirian karena orang tua mengharap ia akan tidur, maka mulailah ia menangus minta perhatian.  Ia membutuhkan perhatian itu demi perkembangannya yang normal.  Bila tangis ini tidak didengarkan, atau tidak dimengerti, si bayi akan tertidur karena hilang kemauan dan satu kesempetan pun hilang baginya untuk belajar lebih banyak.

Ada lagi alasan tangis bayi secara terus-menerus yang cukup serius, yaitu kalau hal itu merupakan pencerminanketidakbahagiaan ibunya.  Bayi itu lebih peka terhadap perasaan-perasaan ibunya daripada orang dewasa terhadap orang-orang di lingkungannya.  Ini tidak mengherankan kalau kita pikirkan betapa intim dan erat bersentuhannya hubungan bayi dengan ibunya.

Banyak alasan mengapa bayi banyak menangis itu terletak dalam perasaan orang tua selama si bayi dikandung dan selama masa kanak-kanak orang tua sendiri.  Kemampuan untuk menyayangi bayi itu dipelajari dengan jalan mengalami sayang-menyayang secara formal selama masa kanak-kanak.  Mungkin kalau ada seorang ibu yang minta nasehat tentang bayinya yang selalu menangis, baiklah ia ditanya, “Apakah perasaan Anda ketika ketahuan bahwa Anda telah mengandung?”  dengarkanlah jawab seorang ibu, “Seperti disambar geledek tak kenal!”  Mungkin sang calon ibu bukan terkejut saja, ia mulai berpikir dan membuat rencana untuk mengakhiri kandungannya (membuang bayi celaka ini).  Hal-hal serupa itu akan menambah rasa bersalah h yang mengendap di hati ibu bila ia berhadapan dengan si bayi yang pernah mau ditiadakannya.  Tidaklah mengherankan bahwa bayi seperti itu merupakan barometer yang peka dari perasaan orang tuanya dan bahwa ketdaktenangannya membuat si bayi banyak menangis.

Begitu banyaklah hal yang terjadi atas tubuh seorang ibu segera setelah kelahirkan bayinya, selagi tata susunan kimiawinya kembali ke keadaan tidak hamil, sehingga pantaslah bahwa perasaannya jadi sangat peka ketika itu.  Lonjakan kegirangan yang memenuhi hatinya sewaktu melahirkan (kalau itulah yang dirasanya) tentu akan menurun kembali setelah beberapa hari.  Gerak menurun ini bagaimanapun akn menimbulkan perasaan tertekan yang mungkin bertambah karena tangis bayi yang sebenarnya hanya pantulan dari perasaan sang ibu sendiri.
Ada pula masalah ibu yang tidak merasakan gejolak kegirangan sewaktu melahirkan.  Mungkin sebelumnya ia pernah mendengar tentang perasaan itu pada saat melahirkan, tetapi ternyata tidak dialaminya, dan ia pun merasa tertipu.  Lalu timbullah rasa bersalah dan meragukan kompetensinya sebagai ibu.

Lain penyebab rasa tertekan pada ibu yang mungkin membuat si bayi menangis terus-menerus ialah perasaan ibu yang menyadari bahwa ia tidak seketika merasa penuh kasih-sayang kepada bayinya yang baru dilahirkannya, sedang menurut kata orang hal itu seharusnya terjadi.  Memang cinta pada pandangan pertama mungkin saja terjadi, tetapi belajar mencinta kerap kali makan waktu yang tidak sedikit.  Hal ini tidak hanya berlaku pada kasih antara orang dewasa, tetapi juga antara ibu dan bayinya.

Dari semua yang udah dikatakan di atas kiranya  jelas bahwa menangis pada bayi adalah gejala yang serius dan — kecuali kalau ada alasannya yang jelas seperti sakit atau sebablain — perlu dicari sebab-sebabnya pada perasaan orang tua sendiri.  Terhadap bayi yang menangis berkepanjangan hendaklah jangan bersikap “biar saja” karena baik untuk melatih paru-paru dan sebagainya.  Saat satu-satunya di mana orang tua sebaiknya jangan mendekati si bayi ialah kalau orang tua begitu meluap marahnya karena tangis yang tak habis-habisnya itu, sehingga ada kemungkinan mereka berbuat yang merugikan bagi si bayi.  Tetapi dalam hal ini sebaiknya orang tua tersebut secepat mungkin minta bantuan dokter jiwwa untuk diri mereka sendiri.

Pustaka:
Hugh Jolly. “Membesarkan Anak Secara Wajar”
(Petunjuk lengkap cara pameliharaan anak dari seorang dokter ahli)

Minggu, 18 Januari 2015 – 16:17 WIB
Slamet Priyadi
Di Pangarakan, Bogor