Rabu, 10 Oktober 2012

Cahye Gantung Diri Karena Terlilit Banyak Utang

Laporan Wartawan Sriwijaya Post, Mat Bodok TRIBUNNEWW.COM, KAYUAGUNG – Hendra Jaya alias Cahye bin Zakaria (22), warga lingkungan II RT 03 Kelurahan Mangunjaya Kecamatan Kota Kayuagung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) nekat mengakhiri hidupnya dengan gantung diri menggunakan kain sarung yang diikatkan di atap rumah. Korban menunggalkan satu istri dan seorang anak. “Cahye bekerja sebagai sopir dan sudah 2 minggu terakhir korban tidak bekerja,” kata Andi, tetangga korban. Peristiwa gantung diri tersebut selanjutnya dilaporkan oleh keluarganya ke Polsek Kota Kayuagung. Untuk memastikan, apakah korban bunuh diri atau tidak, Kapolsek Kota Kayuagung AKP Karimun Jaya SH beserta jajaran langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) bersama rombongan Unit Pidum dan Tim Inafis Polres OKI. Lalu jenazah korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kayuagung untuk divisum. Hasilnya, pihak tim medis membenarkan jika korban telah gantung diri. Sebab menurut hasil visum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan, lidah korban menjulur dan pada kemaluan korban ditemukan sperma. Kapolres OKI AKBP Agus F SH SIk didampingi Kasat Reskrim AKP H Surachman SH dan Kanit Pidum Ipda Jhony Martin, Kapolsek Kota Kayuagung, AKP Karimun Jaya SH, Rabu (10/10/2012) membenarkan, adanya kejadian tersebut dan dugaan sementara bahwa memang korban tewas akibat gantung diri. “Dugaan kita dikuatkan dengan hasil visum tim dokter RSUD Kayuagung. Sementara berdasarkan pengakuan istri korban juga sebelum mengakhiri hidupnya korban sempat berpesan dan meminta maaf apabila selama ini banyak kesalahan,” kata Surachman yang menirukan perkataan istri korban. Ditambahkan Karimun, motif dibalik gantung diri tersebut, korban diduga banyak memiliki hutang, sementara selama dua minggu terakhir korban tidak bekerja karena travel yang biasa dibawanya telah digadaikan kepada rekan kerjanya. “Lantaran tekanan ekonomi, korban nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Apalagi berdasarkan pengakuan pihak keluarga selama ini yang bersangkutan menumpang di rumah mertuanya,” tandasnya. Berita Lainnya

Kamis, 04 Oktober 2012

Kisah Nabi Ayub Dan Istrinya Yang Setia

Ayub As adalah salah satu Nabi yang dikaruniai oleh Allah kekayaan dan harta benda yang berlimpah. Harta benda dan kekayaan yang dimilikinya ini merupakan warisan dari ayahnya, saudagar kaya yang tiada duanya dan paling terkenal di daerah Syam. Meskipun berlimpah kekayaan dan banyak hartanya, Ayub tidak sombong bahkan dikenal sangat dermawan, suka menolong kepada penduduk miskin. Ia mempunyai tiga orang istri yang cantik jelita. Oleh Allah Ayub diangkat menjadi Nabi untuk berda’wah agama kepada penduduk Hauran dan Tih. Suatu ketika Allah mencoba menguji kenabian Ayub, kesabarannya, ketabahannya, dan keimanannya. Ketika Nabi Ayub sedang beribadah, rumahnya yang besar dan indah terbakar yang menghabiskan semua harta benda miliknya. Tak lama kemudian Ayubpun menjadi jatuh miskin. Tak hanya itu ia juga mendapat ujian dan cobaan yang lebih berat lagi, sekujur tubuhnya mulai dijangkiti penyakit binti-bintik merah yang lama-kelamaan menjadi koreng dan bernanah, sangat anyir dan berbau busuk. Saking baunya, banyak lalat hinggap di sekujur tubuhnya itu, dan orang-orang di desanya mulai banyak yang menjauhi dirinya karena takut tertular dan tak tahan dengan aroma bau tak sedap yang datang dari sekujur tubuhnya itu. Hampir semua penduduk kini tak lagi menyukai Ayub, da’wah agamanyapun sudah tak mau didengar lagi. ia pun diusir dari kampungnya bahkan sebagian ada yang mengancam akan membunuhnya dengan membawa anjing-anjing buas. Menghadapi kenyataan ini kedua istrinya menjadi tak tahan untuk hidup bersama Ayub lagi, merekapun minta cerai, hanya Rahma saja yang masih setia mendampingi Ayub. Dalam keadaan sengsara, miskin, dan berpenyakitan itu. Ternyata Ayub tetap sabar, tabah dan tawakal kepada Allah. Dalam pengusirannya, Ayub berjalan tertatih-tatih dipapah oleh istrinya yang sangat setia sampai akhirnya tiba di tempat yang sepi dan terpencil. Di tempat inilah Ayub bersama istrinya, Rahma yang setia itu, mendirikan rumah kecil yang terbuat dari kayu sebagai tempat tinggal. Untuk makan sehari-hari Rahma menjual gelungan-gelungan rambutnya yang masih tersisa. Akan tetapi, tentu saja semuanya itu tidak berjalan lama manakala gelungan-gelungan rambut sudah tak ada lagi untuk dijual. Akhirnya Rahma, istri Ayub yang sangat setia tersebut pergi ke sebuah desa terdekat untuk berkerja, dan sedikit penghasilannya itu untuk mencukupi makan sehari-hari. Meskipun hidup dalam kemiskinan yang berkepanjangan dengan penyakit kulit yang mengerikan itu, Ayub bersama istri setianya tetap sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan ujian dari Allah. Atas saran dari Rahma istri setia, Ayub tak lupa berdoa kepada Allah agar disembuhkan dari penyanyakitnya dan bisa kembali berkerja untuk bertugas menyampaikan da’wah-da’wahnya kepada penduduk Hauran dan Tih. “Ya Allah, Engkau Maha Pengasih dan Maha memberikan, Engkaulah yang maha menyembuhkan. Oleh karena itu sembuhkanlah penyakitku ini, agar hambamu dapat kembali berkerja dan berda’wah menyampaikan Firman-FirmanMu. Ya Allah, kabulkanlah permintaanmu ini!” Mendengar doa-doa, ketabahan, kesabaran dan ketawakalan Ayub dalam menerima ujian dan cobaan dariNya, akhirnya Allah mengabulkan doa Ayub,
“Hai Ayub, Aku sudah mendengar semua doa dan permintaanmu! Sekarang jejakkanlah kakimu ke tanah yang kamu pijak itu, dan basuhlah sekujur tubuhmu dengan air yang ke luar dari tanah yang telah kau pijak tadi”. Atas seizin Allah maka menyemburlah air dari dalam tanah, setelah itu Ayubpun membasuhkan air tersebut ke seluruh tubuhnya yang berkoreng dan bernanah. Tak lama kemudian semua koreng yang berada di sekujur tubuh Ayub dengan kuasa Allah hilang sama sekali, bahkan kini Nabi Ayub tampak lebih tanpam dan perkasa dari sebelumnya. Ayub bersama istrinya yang sangat setia mendampinginya dalam suka dan duka itu bersujud syukur kepada Allah Swt. Mereka berdua telah lulus dari ujian dan cobaan yang diberikan Allah. Alkisah, akhirnya Ayub kembali berkerja untuk menghidupi keluarganya. Berkat keuletan dan kerajinan serta semangatnya yang begitu tinggi, Ayub kembali menjadi orang yang berhasil, kaya dan suka menolong orang-orang yang miskin. Nabi Ayub juga gigih menebarkan ajaran-ajaran agama Allah kepada setiap manusia terutama penduduk Haruan dan Tih. (Referensi: M.Arief Hakim. “Mutiara Kisah 25 Nabi & Rasul”, Bandung 2003 : Marja.) K