Senin, 20 Mei 2013

“SABAI NAN ALUIH” Cerita Rakyat Sumatera Barat Diceritakan oleh Sita S. Priyadi


Di hilir sungai Batang Agam di daerah Padang Tarok yang airnya jernih, berdiri sebuah rumah bergojong [berujung] empat. Rumah tersebut dihuni oleh sepasang suami istri bernama Rajo Babanding dan Sadun Saribai. Mereka mempunyai dua orang anak, laki-laki dan perempuan, Mangkutak Alam dan Sabai nan Aluih. Mangkutak Alam berwajah tanpan, selalu dimanjakan oleh ayahnya kemanapun pergi ia  selalu diajaknya dan merupakan anak kebanggaan. Wataknya sedikit penakut. Sedangkan kakaknya Sabai nan Aluih berwajah cantik, lembut, rajin dan sering membantu ibunya. Waktu luang dimanfaatkan untuk membuat renda dan menenun. Kecantikan Sabai nan Aluih ini bahkan didengar sampai ke kampung-kampung lain di daerah Padang Tarok

Suatu ketika Rajo nan Panjang seorang saudagar kaya yang baru kembali dari rantau, orang yang disegani di kampong Situjuh berkeinginan untuk menyunting Sabai nan Aluih. Maka dikirimlah anak buahnya sebagai utusan untuk melamar Sabai. Rajo Babanding orang tua Sabai menolak lamaran ini karena dia tahu, Rajo nan Panjang berusia sebaya dengannya, juga bersifat sombong, mata keranjang dan selalu membanggakan akan kekayaan dan harta bendanya.

“Katakan pada majikanmu, bahwa aku menolak lamarannya, pula Sabai belum mau berumah tangga!” Berkata Rajo Babanding kepada utusan Rajo nan Panjang.

Rajo nan Panjang yang berwatak keras merasa tersinggung atas penolakan ini. Beberapa hari kemudian ia sendiri yang datang ke rumah Rajo Babanding untuk melamar Sabai nan Aluih tetapi tetap ditolak dengan alasan Sabai nan Aluih belum mau berumah tangga. Mendengar langsung penolakan ini, Rajo nan Panjangpun menantang berkelahi kepada Rajo Babanding.

“Rajo Babanding, kau telah menolak lamaranku untuk menyunting putrimu Sabai. Itu arinya kau menghinaku dan sebagai orang yang disegani di kampong Situjuh, aku tak terima ini dan engkau akan menerima akibatnya.” Ancam Rajo nan Panjang sambil menunjukkan tangannya ke arah muka Rajo Babanding.

Mendengar ancaman ini Rajo Babanding sedikitpun tak nerasa takut. Iapun balik menantang Rajo nan Panjang,

“Kau kira aku takut dengan segala bentuk ancamanmu itu! Baik, sekarang mari kita bertanding!”

“Baik, kapan?” jawab Rajo nan Panjang.

“Bagaimana kalau hari minggu, di Padang Panahunan!”

Mendengar pertengkaran ini, Sabai nan Aluih yang berada di balik pintu, hatinya merasa gusar. Ia takut kalau mimpi yang dialaminya selama ini akan menjadi kenyataan. Ia bermimpi, lumbung padinya terbakar jadi arang, kerbau-kerbaunya yang berada di kandang dicuri orang, dan ayam aduannya disambar elang. Segera iapun mengutarakan mimpinya itu kepada ayahnya.

“Anakku Sabai, mimpimu itu berarti baik. Lumbung terbakar berarti padi akan segera dipanen, kerbau dicuri orang berarti ternak kita akan bertambah, ayam disambar elang itu artinya Mangkutak Alam akan dilamar orang.” Demikian jawab Rajo Babanding sambil mengelus rambut putrinya itu dengan maksud untuk menenangkan pikiran gusar Sabai nan Aluih.

Pada hari yang telah disepakati, pergilah Rajo Babanding ke Padang Panahunan, sebuah tempat sunyi biasa dipakai sebagai tempat adu kesaktian. Rajo Babanding mengajak seorang pembantu setianya bernama Palimo Parang Tagok. Ini dilalukannya bukan untuk membantunya bertanding, tetapi untuk berjaga-jaga apabila Rajo nan Panjang berbuat curang.

Di Padang Panahunan, Rajo nan Panjang sudah berada di sana terlebih dahulu bersama para pengawalnya. Rajo nan Kongkong, Lompong Bertuah, dan Panglimo Banda Dalam.

“Hai pengawalku, kuperingatkan kepadamu. Jangan sekali-kali memandang remeh Rajo Babanding. Meskipun ia Nampak lembut, ia cukup mahir dalam bermain silat dan hatinya tegar sekeras batu karang, berhati-hatilah!” Tukas Rajo nan Panjang kepada ketiga pengawalnya.

Setelah kedua belah pihak saling berdekatan, pertarunganpun tak terelakan lagi, merekapun saling menyerang. Palimo Banda Dalam tersungkur terkena tendangan Palimo Parang Tagok. Lampong bertuah menyerang untuk membela temannya dengan menikam Palimo Parang Tagok dari belakang. Melihat ini Rajo Babanding menjadi marah. Jika semula dia hanya bertahan, kini dia mulai menyerang. Rajo nan Panjang terluka lalu terjatuh dalam lukanya yang parah ia berkata kepada pengawalnya, “Nan Kongkong, Kenapa kau diam saja? Segera tembakkan senapanmu!” Mendengar perintah ini Nan Kongkong yang berada dibalik semak-semak segera mengarahkan senapannya kearah Rajo Babanding. Bunyi letusan senapanpun berdentam dari balik semak-semak, dor...dor..dor... ! Rajo Babandingpun terjatuh ke tanah berlumur darah.

Sementara di tempat lain seorang gembala ternak yang menyaksikan pertarungan tersebut dan melihat Rajo Babanding terluka parah tertembak senapan Nan Kongkong, segera menyampaikan kejadian ini kepada Sabai nan Aluih. Mendengar berita ini, Sabai sangat terkejut. Ternyata mimpinya menjadi kenyataan. Pada saat itu Mangkutak Alam adik Sabai datang. Kata Sabai, “Hai, Mangkutak. Mari kita ke Padang Panahunan, ayah kita terluka parah dan sudahmeninggal karena tertembak senapan di dadanya.“ berkata Sabai kepada adiknya Mangkutak Alam.

“Oh, kak. Aku tak mau ikut, aku sungguh takut mati. Bukankah aku akan segera menikah.?” Jawab Mangkutak tidak perduli sama sekali dengan keadaan ayahnya.

“Percuma kau menjadi laki-laki. Kau sungguh pengecut! Bentak Sabai kepada adiknya sambil mengambil senapan di dalam kamar ayahnya. Kemudian iapun berlari ke Padang Panahunan untuk membalas kematian ayahnya yang terbunuh oleh Nan Kongkong pengawal Rajo nan Panjang. Mangkutak Alam hanya menatap saja, diam seribu bahasa memandang kepergian Sabai kakaknya. 

Di tengah-tengah perjalanan di kaki bukit ilalang, Sabai berpapasan dengan Rajo nan Panjang dan pengawalnya.

“ha...ha...ha... Sabai! Kebetulan sekali. Aku ingin menjemputmu untuk aku lamar. Ternyata engkau dating sendiri!” kata Rajo nan Panjang.

“Hai, tua bangka yang tak tahu malu. Kau telah membunuh ayahku dengan cara pengecut! Dasar bedebah!”

“Lancang sekali mulutmu, Sabai. Kau akan menyesal seperti ayahmu nanti! Mati tertembak senapan ini!” sambil menepuk-nepuk senapan di tangannya.
“Oh... jadi kau telah membunuh ayahku yang tidak bersenjata itu. Sungguh kau manusia bedebah. Padahal ayahku tidak bersenjata, kau sungguh licik!” sambil mengarahkan senapannya ke wajah laki-laki itu. Dan bunyi senapan Sabaipun berdentam beberapa kali membuat tubuh laki-laki sombong, mata keranjang terjerambab ke tanah.  Tewas seketika. Para pengawal Rajo nan Panjang setelah melihat majikannya tewas hanya terperangah. Beberapa saat kemudian Nan Kongkong mengajak temannya pergi sambil berucap, “Untuk apa membela orang yang sudah mati. Orang mati tentu tak bisa membayar kita.”

Rabu, 15 Mei 2013

Delapan Posisi Kama Sutra Wajib Coba (1)



Oleh Cosmopolitan | ghiboo.com │Kamis, 16Mei 2013│13:20WIB
 
Add caption
Ghiboo.com - Dalam urusan memberi Anda ide gaya bercinta, kami memang selalu berjaya. Kali ini, kami merilis beberapa gaya terbaru, terpanas, terliar di atas ranjang yang...bikin Anda berdua menjerit riang detik itu juga! Nah ladies, jangan sungkan untuk meminta si dia melakukannya malam ini.
Nips Ahoy
Duduklah saling berhadapan di atas pangkuannya. Buka kedua kaki Anda lebar-lebar yang otomatis akan melenturkan otot saat perlahan-lahan tidur terlentang di atas pahanya. Sambil ia bergerak maju mundur mengakses Miss Cheerful, katakan padanya untuk memanfaatkan 'pemandangan' dan segera melahap the girls dengan jilatan, gigitan kecil, atau apapun yang bikin tingling!
Spank Me Maybe
Berbaringlah di atasnya dengan posisi menyerupai gaya reversed cow girl, namun dengan gaya kedua kaki tertekuk agar Anda bisa leluasa mengontrol gerak lengannya. Ia pasti menyukai tampilan tubuh Anda dari belakang, apalagi mengetahui kalau Anda pasti tak akan berdaya sewaktu ia menepuk lembut bokong bahkan menarik rambut Anda, yang bikin aksi penetrasi menjadi bergetar hebat.
Mission Control
Minta ia mengangkat kedua lutut ke arah dada, lalu datanglah mendekatinya dengan kedua kaki terbuka dan posisi jongkok agar paha Anda 'memeluk'-nya.  Sebelum Anda memulai serbuan MIss Cheerful, lucuti panties, pengikat bathrobe atau pasang sepasang borgol untuk mengikat tangannya ke tiang ranjang, supaya ia tahu siapa yang sedang in charge di sini!
Belt it Out
Duduklah di atas wastafel, tarik ia dengan bantuan ikat pinggang yang melingkari tubuhnya. Sembari mengatur ritme permainan dengan belt, letakkan kedua kaki Anda di atas pundaknya supaya Miss Cheerful bisa merasakan intensitas masuk keluarnya Mr. Happy yang ohh-so-gooood. Oh, dan tarik ia kencang! bersambung (ins)

(Cosmopolitan Indonesia edisi Januari 2013)