Tampilkan postingan dengan label Pendidikan karakter. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan karakter. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Juli 2011

"ORANG TAK BERPENDIDIKAN CEPAT TUA" Posted by Rosita S.Priyadi

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - Orang yang kurang berpendidikan itu cenderung menua lebih cepat. Demikian menurut sebuah penelitian di Inggris yang mencakup 400 wanita dan pria.
Bukti DNA memperlihatkan sel penuaan lebih sempurna di orang dewasa yang tidak punya kualifikasi pendidikan dibandingkan dengan mereka yang punya gelar sarjana. Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal kesehatan Brain, Behaviour and Immunity.

Para peneliti berpikir pendidikan akan membuat orang hidup lebih sehat. Yayasan Jantung Inggris mengatakan penelitian yang dilakukan di London ini memperkuat perlunya usaha untuk mengatasi masalah kesenjangan sosial. Hubungan antara kesehatan dan status ekonomi sosial itu muncul dengan jelas lewat hasil penelitian ini.

Mereka yang miskin itu cenderung merokok, kurang berolahraga dan kurang punya akses untuk mendapatkan jaminan kesehatan dibanding mereka yang kaya. Selain itu, latar belakang pendidikan cenderung menjadi faktor penentu yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan mereka dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan karena latar belakang pendidikan membantu orang mengambil keputusan yang lebih bagus terkait kondisi kesehatan mereka.

Andrew Steptoe, profesor dari University College London yang menggusung penelitian ini, mengatakan bahwa pendidikan adalah pertanda status sosial yang orang dapatkan dalam awal hidupnya. ''Penelitian kami menunjukan kondisi status sosial yang rendah itu mempercepat tumbuhnya sel penuaan,'' katanya.
Tim peneliti Professor Stetoe mengambil sampel darah dari lebih 400 orang dewasa berumur antara 53 dan 75 tahun.

Sabtu, 30 Juli 2011
Rosita S.Priyadi di Lido-Bogor

Rabu, 02 Februari 2011

MENGAPA ANAK SUKA BERBOHONG By Rosita S.Priyadi



Sep 25, '10 9:14 PM
by Slamet for everyone
KEMUNUGKINAN BESAR ANAK BERBOHONG disebabkan oleh karena ORANG TUA acap kali melarang anak untuk mengatakan atau menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi, "Jagad secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat membenci adiknya yang bernama Jayeng dan pernah mencubit adiknya itu sampai menangis meraung-raung." Mendengar pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan menampar pihinya hingga memar memerah.
Suatu ketika Jagad marah lagi pada adiknya karena mengganggu saat ia
sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu, bahwa ia sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung merangkul Jagad dengan mencium pipinya dan mengusap-usap kepalanya.

Dari contoh ilusterasi di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat seorang anak Jagad, mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan kesakitan, dicubit dan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa ibu lebih menyukai kepada anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan oleh seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama seorang ibu sering kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga berkait dengan anak-anaknya. Dan berbicara bohong dari anak-anaknya tersebut merupakan hasil dari didikkannya sendiri.

BOHONG adalah berbicara yang tidak sebenarnya dan itu dilalakukan dengan sengaja yang bertujuan untuk memperdayakan orang lain. Dengan kata lain berbohong meliputi tiga faktor;
1 ) berbicara yang tidak dengan sebenarnya,
2.) dilakukan dengan sengaja, dan
3 ) bertujuan untuk memperdayakan orang lain.

Berkait dengan masalah tersebut di atas, jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong, maka seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Seorang anak biasanya akan selalu memperhatikan reaksi orang tua terhadap ekspresi ungkapan perasaannya. Dan reaksi-reak
si oran tuanya itulah yang mengajarkan kepada anak, apakah sebaiknya dia bersikap jujur atau berbohong. Apabila orang tua pada suatu ketika menghukum anaknya yang sudah mengatakan yang sebenarnya, jujur dan tidak berbohong, maka tentunya seorang anak akan terdorong untuk berbohong sebbagai tindakan bela diri atau pertahanan diri. (Pustaka: Psikologi Populer/Drs.Dewa Ketut Sukardi)

Kamis, 26 Febuari 2011
Roasita S.Priyadi di Pangarakan - Bogor

Senin, 31 Januari 2011

UTAMAKAN PENDIDIKAN KARAKTER Posted by Rosita S.Priyadi

Minggu, 19 Desember 2010. Blitar (ANTARA): 
Wakil Presiden (Wapres) Boediono meminta para pendidik untuk mengutamakan pendidikan karakter, karena karakter merupakan bekal yang penting untuk masa depan bangsa ini.

"Sebagai alumni SMAN 1 Blitar, saya merasakan bekal yang menentukan hidup adalah bekal karakter yang saya pegang sampai sekarang," katanya saat berbicara pada Reuni Akbar SMAN 1 Blitar 1958-2008 di Blitar, Sabtu malam.

Didampingi Ny Herawati Boediono, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Bupati dan Wakil Bupati Blitar yang sama-sama alumni di SMAN 1 Blitar itu, Wapres yang alumni tahun 1961 itu mengaku bangga dengan almamaternya.

"Saya bangga dengan prestasi siswa SMAN 1 Blitar sekarang, tapi prestasi dan ketrampilan yang bagus itu tidak cukup, karena itu perlu ditambah dengan pendidikan yang maju pula," katanya.
Menurut dia, porsi pembentukan karakter perlu ditambah, karena hal itulah yang penting, bahkan pemerintah saat ini sedang merumuskan pentingnya pendidikan karakter melalui revitalisasi Pramuka mulai tahun 2011.
"Pemerintah akan meningkatkan pendidikan kepramukaan melalui program-program yang praktis dan konkret untuk pembentukan karakter mulai SD hingga SMA," katanya.


Selain itu, pemerintah juga akan mendukung kurikulum pendidikan untuk melahirkan karakter seperti jujur, santun, disiplin, dan adanya teladan dari pendidik dan alumni dari sekolah setempat.
"Setiap pulang kampung (ke Blitar), saya selaku menyempatkan diri untuk ziarah ke makam orangtua dan pendiri negara ini yakni Ir Soekarno (Bung Karno). Dengan ziarah itu, saya ingat bahwa karakter itu sangat menentukan arah kehidupan bangsa ini," katanya.

Dalam reuni akbar itu, Wapres Boediono yang mengenakan baju batik warna cokelat menerima cendera mata berupa lukisan potret diri dari alumni angkatan 1980-1983.
Kedatangan Wapres bersama istri serta Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono beserta istri itu mendapat sambutan antusias dari 1.000 lebih alumni yang datang ke reuni akbar itu.
Wapres yang datang ke SMAN 1 Blitar sejak pukul 19.30 WIB itu disambut para alumni dengan berebut bersalaman, melambaikan tangan, dan bahkan mengabadikan dengan foto kamera.

"Rasanya, sulit dilukiskan saat saya pertama kali masuk sekolah ini yang pernah menjadi tempat belajar. Saya senang bertemu angkatan tua dan muda," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono yang juga alumni SMAN 1 Blitar pada tahun 1974 itu.

Setelah sambutan Wapres, reuni tampaknya diwarnai dengan ajang "kangen-kangenan" dengan diiringi "penyanyi" dari masing-masing angkatan untuk menyemarakkan acara hingga selesai pukul 22.30 WIB.
Kendati bersifat "reuni", acara itu dijaga ketat aparat kepolisian setempat dengan menyiagakan mobil gegana (penjinak bahan peledak) dan mobil "water cannon" di ujung Jalan Ahmad Yani, Blitar.

Puncak acara reuni yang berlangsung sejak awal Desember itu diakhiri dengan jalan sehat pada Minggu (19/12) pagi di depan SMAN 1 Blitar, Jalan Ahmad Yani, Blitar dengan diikuti ribuan alumni bersama Wapres dan istri serta Panglima TNI dan istri.


Senin, 31 Januari 2011
Rosita S.Priyadi di Pangarakan-Bogor

Minggu, 30 Januari 2011



MINGGU,19 DESEMBER 2010. REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA:  
Pemerintah seharusnya memberikan alokasi dana anggaran khusus untuk menangani anak cerdas istimewa dan bakat istimewa Indonesia (CIBI). Pasalnya, dari 1,3 juta anak usia sekolah tersebut, baru 9.500 (0,7 pesen) yang tertangani atau bahkan dibajak negara lain.

“Mereka itu aset bangsa. Pemerintah harus sediakan dana yang cukup agar mereka tidak dibajak asing,” ujar pakar pendidikan, Suparman, kepada Republika di Jakarta, Sabtu (18/12).

Pasalnya, kata Suparman, selama ini alokasi dana anak CIBI yang dianggarkan pemerintah digabung dengan dana pendidikan formal.  Menurut Suparman, alokasi dana untuk penanganan anak-anak yang kerap disebut 'gifted-talented' dilakukan secara terpisah.“Sekolah dan perguruan tinggi juga seharusnya bekerja sama untuk mendeteksi anak-anak yang kecerdasannya istimewa itu,” ungkap Suparman. Namun, imbuh Suparman, selama ini sekolah lemah dalam mendeteksi siswa CIBI tersebut. Padahal, dalam satu kelas pasti terdapat anak yang dikategorikan girted-talented.“Anak-anak itu harus dideteksi sedini mungkin dan dimasukan ke kelas akselerasi tapi tetap tidak menjauhkan mereka dari siswa lain,” papar dia.

Namun, karena kurangnya deteksi dari sekolah dan pemerintah, banyak anak CIBI yang dibajak asing atau lebih memilih belajar di luar negeri. Oleh karena itu, ucap Suparman, seharusnya perbaikan fasilitas dan kualitas di perguruan tinggi juga dibarengkan dengan perbaikan pendidikan karakter di tingkat sekolah dasar hingga sekolah menangah.
“Sejak dari sekolah dasar penanaman pendidikan karakter kecintaan kepada Indonesia harus dilakukan,” tegas Suparman.

Minggu, 30 Januari 2011
Rosita S.Priyadi di Pangarakan-Bogor