Tampilkan postingan dengan label SEX. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEX. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Mei 2014

Risma Ingin Penutupan Dolly Berlangsung Damai



Rabu, 14 Mei 2014, 18:00 WIB 

Salah satu sudut Gang Dolly, di Surabaya, Jawa Timur.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali kota Surabaya, Tri Rismaharini menegaskan tujuan utama dari upaya revitalisasi kawasan lokalisasi Dolly adalah terjaganya kondusivitas di Kota Surabaya. Wali kota tidak menginginkan terjadi benturan (konflik), tetapi diselesaikan dengan damai.

"Saya tidak ingin ada gesekan, saya harus bisa menjaga kondusifitas Surabaya. Saya yakin semuanya berniat baik. Jadi saya mohon didoakan supaya kami kuat. Kami mohon diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya dulu. Saya yakin, kalau kita niatnya baik, Insya-Allah, Allah akan membantu," katanya.

Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini menegaskan, Pemkot memiliki keyakinan bisa menyelesaikan rencana penutupan Dolly sesuai rencana, sebab Pemkot sebelumnya sudah berhasil menutup empat lokalisasi di Surabaya, yakni lokalisasi Dupak Bangunsari, Kremil Tambak Asri, Klakah Rejo dan Sememi.

Bahkan, lanjut dia, tidak sekadar menutup, Pemkot Surabaya juga melakukan pendampingan. Kini, beberapa mantan PSK dan mucikari di bekas lokalisasi tersebut sudah banyak yang berhasil menekuni Usaha Kecil Menengah (UKM). Mereka sudah menghasilkan produk-produk seperti batik dan kue.

Terkait rencana penutupan Dolly, wali kota menyiapkan langkah-langkah agar perekonomian warga sekitar bisa hidup melalui sentra PKL atau juga pasar. Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini menegaskan bahwa rencana penutupan lokaliasi tersebut bukan didasari karena emosi.

Tetapi demi masa depan anak-anak di sana dan juga untuk mengangkat derajat warga di sekitar lokalisasi. Menurut wali kota, Pemkot sudah melakukan pendekatan kepada warga di sekitar lokalisasi Dolly sejak 2010. "Ini bukan hanya menangani PSK atau mucikari saja, tetapi juga warga di sekitar lokalisasi. Saya ingin ekonomi mereka bangkit dengan usaha yang diridhoi Allah. Insya Allah bisa, meski memang butuh waktu," jelasnya.


Redaktur : Agung Sasongko

Sumber : Antara

Senin, 23 Desember 2013

Persepsi Seks Jawa Klasik yang Mempunyai Daya 'Linuwih'


Lingga dan Yoni

Ketika kita melihat ornamen Candi Sukuh, maka kita akan disuguhi dua tanda tentang sebuah kesuburan, yaitu lingga dan yoni. Lingga dan yoni merupakan simbol alat kelamin laki-laki dan perempuan yang saling berhadap-hadapan.

Hal ini menunjukkan bahwa kedua unsur tersebut selain menjadi unsur kenikmatan duniawi yang dicari, juga dianggap berkah yang mampu membiakkan manusia. Maka tidak mengherankan representasi Sukuh didefinisikan sebagai lambang kesuburan, sebagaimana Dewi Sri dan Sadhono yang memberi kesuburan pada padi, makanan utama orang-orang Jawa.

Pertemuan kelamin laki-laki dan perempuan, yang disebut seks diyakini mengandung makna yang lebih substansial yakni sebuah kekuatan. Karena mengandung unsur kekuatan maka orang Jawa jaman dahulu, percaya bahwa seks mempunyai daya linuwih yang tidak saja secara lahiriah menumbuhkan kenikmatan birahi tetapi juga dipercaya mampu meningkatkan kesaktian, kewibawaan, kebesaran dan menambah awet muda, bahkan sebagai salah satu jalan menuju nirvana, seperti pesta Saddha di jaman Kadhiri.

Maka seks menjadi amat penting dalam kehidupan manusia Jawa jaman dulu. Semakin tinggi aktivitas seks seseorang dianggap semakin tinggi kelebihan-kelebihan yang disandangnya. Apakah pandangan seperti itu yang kemudian menjadikan seks bagi orang Jawa sebagai kebutuhan yang diterima apa adanya. Karena kebutuhan maka perilaku seks itu dianggap biasa-biasa saja. Bagi orang Jawa, seks itu kenikmatan yang dianugerahkan. Seks itu mendatangkan keberuntungan-keberuntungan. Tidak saja keberuntungan fisik tetapi juga kebrutungan rohani.
 
Maka perilaku seks itu sebagai kebutuhan normal sehari-hari, seperti makan dan minur. Akhirnya, seks lebih terbuka dan menjadi kebiasaan. Entah mampu menumbuhkan kekuatan atau sekedar pemuas nafsu, orang Jawa tak peduli. Sehingga orang Jawa tak terlalu pusing terhadap perilaku seks.

Mereka menganggap normal saja kalau ada orang yang secara suka rela, lega lila melakukan hubungan sebadan atas dasar saling suka. Itulah berkah. Itulah anugerah yang perlu dinikmati. Adapun dampak sosial-ekonomi yang mungkin ditimbulkannya, agaknya menjadi perhatian di urutan kedua.

Namun pada perkembangan selanjutnya, sejak kedatangan Islam dan Kristen, pengetahuan seks bagi orang Jawa berubah. Seks bukan saja dilihat sebagai pelepasan birahi namun juga berkah yang perlu dijalankan dengan benar yakni dengan tuntunan.

Tuntunan seks bagi oang Jawa sekarang tampak dalam wewaler “barang siapa yang melakukan laku guna meningkatkan kesaktian, kewibawaan bahkan mencapai surga dilarangan keras melakukan seks di luar nikah.” Dengan kata lain, semakin tinggi aktivitas seks di luar nikah semakin tinggi kehilangan daya linuwihnya. Ini jauh berbeda dengan pandangan orang Jawa jaman dahulu yang lebih longgar terhadap seks.
Meskipun berubah tetapi pandangan seks lama itu bagi masih banyak dianut oleh orang-orang Jawa. Memang sangat disayangkan bahwa seks kurang dipahami secara lebih ilmiah bahkan di-tabukan yang pada akhirnya seks dianggap “wilayah terlarang.” Akibatnya, seks yang semestinya perlu dipahami dengan tuntunan malah lebih dianggap sekedar pemuas nafsu birahi.

Dengan serta merta, seks hanya dipahami sebagai perilaku orgasme fisik. Pemerkosaan dan perilaku seks liar adalah bukti kelemahan tuntunan dan seks lebih dinikmati sebagai tontonan belaka.

(Eko Wahyu Budiyanto/CN37)

Selasa, 08 Oktober 2013

Urusan Seks yang Blak-blakan dalam Serat Centhini



Sex blak-blakan dalam serat Centini
25 Agustus 2013 | 06:51 wib - Wanita Jawa, selalu digambarkan malu-malu, pendiam, sopan, sangat berbakti pada suami, dan tabu ketika membicarakan masalah kehidupan seksualnya. Namun tidak demikian halnya kalau kita membuka Serat Centhini, yang merupakan Kamasutra Jawa, yang mengupas masalah itu dengan lebih blak-blakan. Cetho melo-melo, yaitu jelas sejelas-jelasnya.

Memang, kalau kita bicara soal seks dan seksualitas, mungkin lebih mengenal Kamasutra dari India daripada Serat Centhini, karya sástra Jawa kuno, yang dirilis di awal abad ke-19. Padahal  versi lokal ini dipercaya jauh lebih lengkap dan “menantang”. Tak ada yang bisa memungkiri, urusan seks dari abad ke abad selalu saja menarik untuk dibicarakan. Entah dengan bisik-bisik di antara kaum lelaki di warung kopi, atau di antara kaum perempuan di sela-sela arisan. Adakalanya dibicarakan secara terbuka tapi terbatas, seperti di ruang seminar atau kesempatan formal lainnya.

Seks dan seksualitas, dalam pengertian sempit maupun luas, merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Ia bagian dari naluri instingtif yang paling dasar.Tak heran kalau banyak upaya dilakukan untuk mempelajari, menganalisis, menyusun panduan, atau mengungkapkannya lewat karya sastra maupun karya tulis lainnya sejak dahulu kala.

Serat Centhini atau Suluk Tembangraras, digubah pada sekitar 1815 oleh tiga orang pujangga istana Keraton Surakarta, yaitu Yasadipura 11, Ranggasutrasna, dan R. Ng. Sastradipura (Haji Ahmad Ilhar) atas perintah K.G.P.A.A. Amengkunegara II atau Sinuhun Paku Buwana V.Serat Centhini yang terdiri atas 722 tembang (lagu Jawa) itu antara lain memang bicara soal seks dan seksualitas. Justru karena itulah serat ini menjadi terkenal, bahkan di kalangan para pakar dunia.

Meski kebudayaan Jawa di masa kejayaan keraton bersifat represif-feodalistik, demikian tulis Otto Sukatno CR dalam Seks Para Pangeran: Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa (Bentang, 2002), namun dalam bidang seksual ternyata sangat jauh dari apa yang kita bayangkan. Masalah seksualitas muncul dalam ekspresi seni, terutama sastra dan tari.

Dalam Serat Centhini, misalnya, masalah seksual ternyata menjadi tema sentral yang diungkap secara verbal dan terbuka, tanpa tedeng aling-aling. Bahkan, masalah seksual dalam serat itu diungkapkan dalam berbagai versi dan kasus. Bahkan seks juga dibicarakan dalam kaitannya dengan penikmatan hidup atau pelampiasan hasrat hedonisme yaitu sebuah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kenikmatan adalah kebaikan tertinggi, atau satu-satunya kebaikan dalam kehidupan.
 
Dalam Centhini II (Pupuh Asmaradana) diuraikan dengan gamblang soal “ulah asmara” yang berhubungan dengan lokasi genital yang sensitif dalam kaitannya dengan permainan seks. Misalnya, cara membuka atau mempercepat orgasme bagi perempuan, serta mencegah agar lelaki tidak cepat ejakulasi. Lalu dalam Centhini IV (Pupuh Balabak) diuraikan secara blak-blakan bagaimana pratingkahing cumbana yaitu gaya persetubuhan, serta sifat-sifat perempuan dan bagaimana cara membangkitkan nafsu asmaranya.

Terungkap juga ternyata perempuan tidak selamanya bersikap lugu, pasif dalam masalah seks sebagaimana stereotipe pandangan Jawa yang selama ini kita terima. Mereka juga memiliki kebebasan yang sama dalam mengungkapkan pengalaman seksualnya. Padahal selama ini penggambaran wanita Jawa selalu bersifat pasrah, dan nrima kepada lelaki. Bahkan pemalu dan tertutup.

Hal itu tampak dalam Centhini V (Dhandhanggula). Di ruang belakang di rumah pengantin perempuan pada malam menjelang hari H perkawinan antara Syekh Amongraga dan Nike Tembangraras, para perempuan tua-muda sedang duduk-duduk sambil ngobrol. Ada yang membicarakan pengalamannya dinikahi lelaki berkali-kali, pengalaman malam pertama, serta masalah-masalah seksual lainnya yang membuat mereka tertawa cekikikan. (Eko Wahyu Budiyanto/CN37)

Rabu, 15 Mei 2013

Delapan Posisi Kama Sutra Wajib Coba (1)



Oleh Cosmopolitan | ghiboo.com │Kamis, 16Mei 2013│13:20WIB
 
Add caption
Ghiboo.com - Dalam urusan memberi Anda ide gaya bercinta, kami memang selalu berjaya. Kali ini, kami merilis beberapa gaya terbaru, terpanas, terliar di atas ranjang yang...bikin Anda berdua menjerit riang detik itu juga! Nah ladies, jangan sungkan untuk meminta si dia melakukannya malam ini.
Nips Ahoy
Duduklah saling berhadapan di atas pangkuannya. Buka kedua kaki Anda lebar-lebar yang otomatis akan melenturkan otot saat perlahan-lahan tidur terlentang di atas pahanya. Sambil ia bergerak maju mundur mengakses Miss Cheerful, katakan padanya untuk memanfaatkan 'pemandangan' dan segera melahap the girls dengan jilatan, gigitan kecil, atau apapun yang bikin tingling!
Spank Me Maybe
Berbaringlah di atasnya dengan posisi menyerupai gaya reversed cow girl, namun dengan gaya kedua kaki tertekuk agar Anda bisa leluasa mengontrol gerak lengannya. Ia pasti menyukai tampilan tubuh Anda dari belakang, apalagi mengetahui kalau Anda pasti tak akan berdaya sewaktu ia menepuk lembut bokong bahkan menarik rambut Anda, yang bikin aksi penetrasi menjadi bergetar hebat.
Mission Control
Minta ia mengangkat kedua lutut ke arah dada, lalu datanglah mendekatinya dengan kedua kaki terbuka dan posisi jongkok agar paha Anda 'memeluk'-nya.  Sebelum Anda memulai serbuan MIss Cheerful, lucuti panties, pengikat bathrobe atau pasang sepasang borgol untuk mengikat tangannya ke tiang ranjang, supaya ia tahu siapa yang sedang in charge di sini!
Belt it Out
Duduklah di atas wastafel, tarik ia dengan bantuan ikat pinggang yang melingkari tubuhnya. Sembari mengatur ritme permainan dengan belt, letakkan kedua kaki Anda di atas pundaknya supaya Miss Cheerful bisa merasakan intensitas masuk keluarnya Mr. Happy yang ohh-so-gooood. Oh, dan tarik ia kencang! bersambung (ins)

(Cosmopolitan Indonesia edisi Januari 2013)