Rabu, 27 Februari 2013

Rahmi Sukses Menjadi Juragan Sekolah Anak



Kamis, 21 Februari 2013 | 09:18 WIB
Rahmi Juragan Sekolah anak
KOMPAS.com - Berawal dari niat untuk membantu ekonomi keluarga, Rahmi Salviviani (30) kini sukses menjadi pengusaha di bidang pendidikan di Pekanbaru, Riau. Perempuan yang akrab disapa Vivi ini membuka taman kanak-kanak (TK) yang kini sudah punya sembilan cabang di Pekanbaru dan Palembang.

Vivi merintis usaha ini sejak 2008. Saat itu, ia masih menggunakan merek waralaba lokal. Setelah dua tahun bisnisnya berjalan, ia berani memakai merek sendiri Alifa Kids dan fokus ke pendidikan anak usia dini.
Alasan Vivi memilih nama Alifa Kids sejatinya untuk merepresentasikan visi dari sekolah yang ia bangun. Yakni amanah, loyal, integritas, fatonah atau cerdas, adil, kerja sama, inisiatif, disiplin, dan santun. Ia berharap, siswa yang belajar di TK Alifa Kids bisa menjadi anak pintar dan siap melanjutkan pendidikan SD dengan cara menyenangkan. 

Lulusan Hubungan Internasional Universitas Riau ini mengakui, bisnis yang ia jalani berawal dari keinginan membantu perekonomian keluarga. Saat itu, ia memiliki seorang putri berusia empat bulan. Vivi ingin tetap bisa produktif, sekaligus mendidik sendiri si kecil. Melalui Alifa Kids, Vivi ingin membantu orang tua yang memiliki keterbatasan waktu untuk berinteraksi dengan anaknya. "Kami ingin memfasilitasi orang tua agar terampil dan punya waktu berkualitas saat bersama anak-anak," katanya.

Pendidikan di Alifa Kids fokus terhadap pembentukan karakter anak. Ia percaya bahwa kesuksesan seorang anak tidak dari intelligence quotient (IQ) saja, tapi sekitar 85 persen sukses berasal dari karakter seseorang. Kini, Alifa Kids memiliki 350 siswa. Alifa Kids memungut biaya bulanan di sekolah ini Rp 375.000 untuk siswa half day dan Rp 800.000 untuk siswa full day. Alifa Kids juga memungut biaya tahunan Rp 4 juta–Rp 5 juta. Kini usaha Vivi telah meraih beberapa penghargaan, seperti juara pertama event Honda Youth Start Up tingkat regional dan Nasional yang diadakan Mark Plus. Tidak hanya itu, bisnis pendidikan ini juga yang mengantarkan Vivi menjadi finalis nasional di Wirausaha Muda Mandiri yang diadakan Bank Mandiri. 

Alifa Kids kini memiliki sekitar 60 pegawai di bawah Alifa Management. Vivi mendorong orang-orang yang bekerja di Alifa Kids bisa lebih mandiri. Ia tak segan-segan mendorong mereka untuk berwirausaha.
Terbukti, beberapa dari mereka sepulang mengajar juga menjalankan usaha kelompok, seperti menjual pakaian di lingkungan tempat mereka tinggal. 

Sejak tahun 2001, Vivi juga menjadi pengurus komunitas pengusaha di Pekanbaru. Ia sering mengadakan kelas mentoring dengan mengundang mentor-mentor ternama dari berbagai kota. "Mentoring ini untuk berbagi ilmu pada pegawai saya juga dan mendorong mereka untuk berwirausaha," ujarnya.     

Bekali diri
Rahmi Salviviani merintis bisnis pendidikan pada tahun 2008. Saat itu, Vivi meminjam modal dari saudara-saudaranya sebesar Rp 50 juta. Modal tersebut masih jauh dari mencukupi. Namun wanita yang akrab disapa Vivi ini tidak berputus asa. Ia memaksimalkan modal yang ada dan langsung memasarkan TK Alifa Kids. Selang beberapa bulan, Vivi meminta suaminya berhenti dari pekerjaannya untuk turut membantu mengembangkan TK Alifa Kids.
Ia sangat membutuhkan dukungan suami lantaran ia sendiri sangat minim pengalaman di dunia bisnis. Untuk menambah wawasan seputar bisnis, Vivi dan suami membekali diri dengan mengikuti pelatihan tentang wirausaha maupun tentang pendidikan. 

“Investasi terbesar kami adalah mengikuti pelbagai training,” tuturnya. Menurut Vivi, sebuah bisnis akan berjalan lancar bila seseorang sudah membekali diri dengan pengetahuan yang cukup.
Makanya, di awal-awal merintis bisnis, ia lebih memilih meningkatkan kapasitasnya, terutama dalam hal pemahaman bisnis pendidikan. 

Selain rajin mengikuti seminar dan pelatihan, Vivi juga rajin melahap buku-buku soal kepemimpinan.
Kendati sudah membekali diri dalam hal pengetahuan, ternyata hal itu tidak menjamin bisnis bakal berjalan lancar. Terbukti, masih banyak kendala yang ditemui Vivi dalam menjalankan usaha ini, terutama menyangkut kebutuhan anak-anak serta orang tua yang semakin beragam. Tidak jarang kebutuhan anak-anak dengan orang tua berbeda. Dalam mengatasi semua kendala itu, Vivi menetapkan standar kualitas pendidikan sebagai hal utama. Bila hal ini berhasil, ia yakin prinsip ini menjadi kekuatan sekolah. 

Hal penting lainnya adalah terus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) secara terus-menerus. Menurut Vivi, banyak model pendidikan anak usia dini yang masih jauh dari harapan, terutama dalam hal membentuk attitude alias sikap. Mengatasi hal ini, Vivi membuat sistem sendiri di Alifa Management. Setelah merekrut tenaga pengajar, ia mewajibkan karyawannya menempuh masa training di pusat pelatihan.  “Kalau saya lihat mereka sudah siap, barulah ditempatkan di cabang Alifa Kids,” ucap dia. 

Masalah SDM ini tidak bisa dianggap sepele. Pasalnya, bisnis pendidikan merupakan usaha yang berbasis manusia (human based). Pemahaman yang berbeda mengenai sistem pendidikan membuat Vivi sebagai pemilik usaha dengan karyawannya kerap salah paham di awal bisnis. Selama hampir lima tahun menjalankan usaha ini, kini Vivi mulai memetik hasil jerih payahnya. Ia mengaku bangga terjun ke bisnis pendidikan. Soalnya, selain berorientasi laba, bisnis ini juga memiliki manfaat sosial yang besar. Vivi bilang, melalui bisnis pendidikan, ia memiliki peluang untuk turut mencerdaskan generasi muda. Tidak saja mementingkan dimensi intelegensia, ia juga mengembangkan metode pembelajaran yang menekankan aspek emosional dan spiritual anak. "Pembentukan emosional dan spiritual harus dimulai sedini mungkin," ujarnya.   

Perguruan tinggi
Setelah sukses mengembangkan taman kanak-kanak (TK) Alifa Kids, Vivi kini berambisi melebarkan sayap bisnisnya ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Ia ingin membuka sekolah dasar (SD). Ia berencana mendirikan SD di Kota Pekanbaru. Untuk sekolah TK, Vivi berharap jaringan Alifa Kids bisa menjangkau beberapa kota besar di Indonesia. 

Saat ini, jaringan TK Alifa Kids hanya ada di Pekanbaru dan Palembang. Dalam jangka panjang, Vivi bahkan ingin bisnis pendidikannya bisa merambah hingga ke tingkat universitas. Vivi juga berencana mewaralabakan TK Alifa Kids, meski bukan dalam jangka pendek. Soalnya, masih banyak persiapan yang harus dimatangkan sebelum benar-benar menawarkan jenis kerjasama ini. “Pada dasarnya, saya tidak mau merugikan pihak yang tertarik untuk bermitra atau menjadi franchisee Alifa Kids,” ucap dia. 

Makanya, Vivi mengaku tidak akan tergesa-gesa merealisasikan seluruh rencana pengembangan bisnisnya itu. Ia tak ingin, karena terburu-buru malah hasilnya tidak bagus. Paling mungkin, dalam jangka pendek, Vivi akan merealisasikan rencana pendirian SD di Pekanbaru. Ia berharap, rencananya itu bisa terealisasi dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. 

Sembari merintis pendirian SD, Vivi juga tetap fokus membesarkan TK Alifa Kids. Menurut Vivi, Alifa Kids yang dikelolanya belum sepenuhnya aman. Soalnya, dari segi usia, baru menginjak lima tahun. "Ini belum melewati titik aman pertama dari sebuah siklus bisnis," katanya. 

Vivi menekankan, bahwa arah bisnis jauh lebih penting ketimbang kecepatan. Makanya, ia tidak mau tergesa-gesa untuk berekspansi. Vivi juga mengaku belum tergoda untuk mencoba peruntungan di sektor lain. 

“Godaan untuk masuk ke sektor usaha lain seringnya menjadi 'racun' bagi sebagian besar entrepreneur terutama pemula,” tuturnya. Kata Vivi, banyak pebisnis pemula yang gagal ketika tergoda mencoba peruntungan di sektor lain. 

Tak jarang, bisnis yang sebelumnya sudah dirintis turut goyang karena memang belum begitu stabil. Pengusaha yang rutin mengikuti mentoring dari komunitas Tangan Di Atas (TDA) ini tidak lupa memberikan tips bagi siapa saja yang tertarik terjun ke bisnis pendidikan. Menurutnya, dalam bisnis ini, penting memperlakukan karyawan sebagai mitra, bukan semata pekerja. Selain itu, sekolah harus terus mencari dan memberikan nilai tambah pada jasa yang ditawarkan. “Makanya, bisnis itu tidak bisa serba instan, semua butuh waktu,” kata Vivi. 

Lantaran ini bisnis pendidikan, penting juga untuk peduli terhadap masyarakat sekitar, khususnya mereka yang tidak mampu. Vivi mengaku, selama ini, Alifa Kids selalu memberikan akses pendidikan gratis bagi anak-anak yatim dan dhuafa.

"Kami melowongkan sekitar 10 persen dari total kapasitas untuk mereka," ujarnya.
Vivi punya impian, di negara maju, pemerintah cukup punya peranan aktif di dalam memajukan pendidikan bagi setiap warganya. Ia berharap, hal serupa juga terwujud di Indonesia.  
 
Sumber :
(Marantina/Kontan)

Editor :
Erlangga Djumena

Senin, 25 Februari 2013

Musik Klasik Tak Bikin Anak Cerdas?



Penulis : Asep Candra | Sabtu, 15 Mei 2010 | 09:32 WIB

Wolfgang Amadeus Mozart
LOS ANGELES, KOMPAS.com — Berdasarkan riset terbaru, tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung apa yang disebut "efek Mozart", yang menghubungkan musik klasik Mozart dengan kemampuan kognitif.

Seperti dilaporkan HealthDay News, suatu penelitian telah memperdebatkan sekaligus mematahkan hasil riset terdahulu yang memperlihatkan hubungan antara mendengarkan musik Mozart dan peningkatan kemampuan otak.

Hasil studi pada 1993 yang diterbitkan di jurnal Nature menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart akan meningkatkan kemampuan kognitif. Alhasil, riset ini lalu memicu para orangtua untuk memperkenalkan bayi dan anak kecilnya pada musik klasik, serta pengusaha berlomba menjualnya ke berbagai sekolah, pusat perawatan siang hari dan orangtua.

Namun, hasil kajian terbaru para ilmuwan Austria tidak menemukan bukti signifikan kalau mendengarkan musik Mozart memberi pengaruh pada kemampuan kognitif seseorang.

Dalam studi paling mutakhir itu, para peneliti di University of Vienna mengkaji lebih dari 40 studi dan penelitian yang tak disiarkan yang meliputi lebih dari 3.000 subyek. Kesimpulan mereka adalah tidak ada riset yang mendukung pendapat bahwa musik Mozart meningkatkan kemampuan otak anak.

Secara khusus, temuan itu membantah mitos mengenai dampak peningkatan kemampuan otak di antara pendengar musik Mozart.  Para peneliti melaporkan bahwa mereka tak dapat mengonfirmasi dampak menguntungkan dari mendengarkan musik Mozart.

"Saya menyarankan mendengarkan musik Mozart kepada setiap orang, tetapi ini tak memenuhi harapan akan peningkatan kemampuan kognitif," kata penulis studi itu, Jakob Pietschnig, ahli ilmu jiwa di University of Vienna.

Sumber :
Editor :
acandra