Sofi Suryasnia (sumber: istimewa) |
Kamis, Masa depan buah hati perlu
dipersiapkan sebaik-baiknya sejak dini, termasuk pendidikan yang akan
membantunya kelak menjadi mandiri dan meraih kesuksesan. Prinsip ini yang dipegang
Senior Vice President (SVP) Corporate Secretary Division PT Bank Jabar Banten
Tbk (BJB), Sofi Suryasnia, sehingga dia begitu memperhatikan pendidikan
anaknya, baik formal maupun nonformal.
Di tengah kesibukannya sebagai
pegawai bank, Sofi berusaha memberi perhatian kepada kemajuan pendidikan
anak-anaknya. Bahkan, menurut dia, sebagian porsi dari pengeluarannya lebih
baik dibelanjakan untuk pendidikan anak, termasuk mencarikan sekolah atau
kursus yang cukup baik untuk menunjang masa depan. Demikian yang selalu dia tekankan kepada rekan-rekannya di komunitas luar kantor.
“Bagi saya, pendidikan anak-anak itu
penting. Tapi pendidikan jangan sampai berhenti di sekolah formal, melainkan
juga perlu belajar nonformal, seperti kursus. Tidak perlu yang berbau eksakta
atau sosial, tapi bisa juga kursus menggambar komik, kursus musik, dan
lain-lain yang bisa membuat anak-anak senang,” tuturnya di Bandung, baru-baru
ini.
Dia mengaku pernah khawatir dengan
minimnya perhatian ke anak, ketika dirinya ditugaskan di Kantor Wilayah Bogor,
kemudian Serang, yang berjauhan dengan anak-anak serta suaminya di Bandung.
Apalagi, seorang putranya, yang saat itu duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP), tengah
menyiapkan diri untuk mengikuti Olimpiade Fisika Nasional di Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, kemudian di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Namun, putranya tersebut akhirnya mampu mengurus dirinya sendiri hingga meraih
gelar juara pertama.
“Biasanya anak laki-laki ketika
masih kecil justru lebih manja, tapi anak saya bisa mengurus sendiri
keperluannya saat itu,” ujarnya.
Pandangannya yang positif terhadap
pendidikan nonformal membuatnya turut mendukung hobi dari anak-anaknya. Sebagai
contoh, putranya yang sulung gemar bermain alat musik bas dan kini mengikuti
kursus di Purwacaraka. Begitu pula dengan anak kedua dan ketiganya yang gemar
bermain alat musik biola. Kendati demikian, dia tetap melihat pendidikan formal
harus diprioritaskan. Dia mengaku sempat khawatir ketika putra sulungnya justru
sempat lolos kompetisi musik di Hard Rock.
“Takutnya kebablasan, karena
setidaknya selesaikan dulu sekolahnya. Tapi saya mendukung hobinya untuk
keseimbangan otak kiri dan kanan. Dengan begitu, sense-nya lebih peka
dan agar tidak jenuh setelah belajar. Setelah baca buku tebal-tebal, lalu main
gitar, misalnya. Jadi ada kepuasan batin,” papar Sofi.
Melihat anak-anaknya yang menjalani
pendidikan dengan baik, dia meyakini bahwa seharusnya tidak ada kekhawatiran di
benak para ibu yang bekerja. Umumnya, Sofi melihat, setelah melahirkan anak
pertama, para perempuan karier mengambil cuti hamil dan setelahnya resign dari
pekerjaannya. Alasan utama yang sering muncul yaitu khawatir tidak dapat
mengurus anak dengan baik. Padahal, asalkan anak-anak diberikan
pengertian dan tetap menjaga komunikasi yang berkualitas, dia optimistis anak-anak dapat survive dengan kehidupan mereka.
pengertian dan tetap menjaga komunikasi yang berkualitas, dia optimistis anak-anak dapat survive dengan kehidupan mereka.
Obsesi
Dirikan Lembaga
Ternyata, prinsip yang dipegang Sofi untuk mengedepankan pendidikan tersebut sangat diendapkannya, hingga dia memiliki impian mendirikan lembaga pendidikan ataupun pelatihan bagi anak-anak muda. Sofi bermimpi, lembaga tersebut dapat memberikan kursus yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sendiri, contohnya akuntansi. Ia sendiri setiap Sabtu selalu mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas, sebuah yayasan pendidikan di Bandung yang turut dimiliki oleh BJB. Sesekali, dirinya diundang mengajar di Universitas Padjadjaran sebagai dosen tamu.
Ternyata, prinsip yang dipegang Sofi untuk mengedepankan pendidikan tersebut sangat diendapkannya, hingga dia memiliki impian mendirikan lembaga pendidikan ataupun pelatihan bagi anak-anak muda. Sofi bermimpi, lembaga tersebut dapat memberikan kursus yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sendiri, contohnya akuntansi. Ia sendiri setiap Sabtu selalu mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas, sebuah yayasan pendidikan di Bandung yang turut dimiliki oleh BJB. Sesekali, dirinya diundang mengajar di Universitas Padjadjaran sebagai dosen tamu.
“Saya senang bercerita, sehingga
walaupun pelajarannya padat dan penuh angka, tentang akuntansi dan pajak,
interaksi dan bercanda dengan mahasiswa membuat saya senang. Jadi, tidak
stres," ujarnya.
Pendirian kursus dan lembaga
pendidikan yang diimpikannya itu juga terkait dengan pandangannya bahwa
anak-anak muda perlu untuk diberikan bekal kewirausahaan. Tidak hanya itu, agar
berhasil menjadi wirausaha, anak-anak muda juga perlu untuk dibekali pengetahuan mengenai akses pendanaan,
terutama perbankan. Pandangannya itu dialaminya sendiri ketika putra sulungnya
yang berkuliah di jurusan mesin Institut Teknologi Bandung (ITB) mengharapkan adanya bantuan permodalan untuk proyeknya.
“Dia punya ide membuat suatu alat
untuk sepeda motor injection, sempat bertanya apakah bisa meminjam dana
ke BJB. Jadi sebenarnya dia sudah arah menjadi entrepreneur. Saya
jelaskan saja mengenai pinjaman di perbankan. Nah, menurut saya sebaiknya perlu juga ilmu perbankan disisipkan di
mata kuliah manajemen atau apa pun yang terkait ekonomi. Itu pasti ada,
walaupun di jurusan teknik,” kata Sofi.
Sehat dan
Selamat
Secara menyeluruh, Sofi memegang prinsip hidup yang disarikannya menjadi satu frasa, yaitu sehat dan selamat. Menurut dia, jika seseorang sehat, di mana pun pekerjaan dilakukan, orang tersebut akan merasa mampu dan menikmati pekerjaannya. Sedangkan "selamat", dinilainya dapat diaplikasikan sesuai jenis pekerjaan masing-masing. Sebagai contoh, dirinya yang bekerja di bank, berarti harus prudent atau berhati-hati.
Secara menyeluruh, Sofi memegang prinsip hidup yang disarikannya menjadi satu frasa, yaitu sehat dan selamat. Menurut dia, jika seseorang sehat, di mana pun pekerjaan dilakukan, orang tersebut akan merasa mampu dan menikmati pekerjaannya. Sedangkan "selamat", dinilainya dapat diaplikasikan sesuai jenis pekerjaan masing-masing. Sebagai contoh, dirinya yang bekerja di bank, berarti harus prudent atau berhati-hati.
Tidak hanya pekerjaan di kantor,
namun menurutnya prinsip "selamat" harus dipraktikkan juga oleh siapa
pun orangnya, termasuk sopir yang mengemudikan kendaraan, bahkan hingga ibu
rumah tangga yang mengurus
anak-anak. “Apalagi, menjaga anak-anak zaman sekarang tidak mudah. Jadi prinsip itu sebenarnya coverage-nya luas,” kata Sofi.
anak-anak. “Apalagi, menjaga anak-anak zaman sekarang tidak mudah. Jadi prinsip itu sebenarnya coverage-nya luas,” kata Sofi.
Prinsipnya itu juga digunakan untuk
menghadapi dan menyelesaikan masalah, karena manjur untuk menghindarkan diri
dari rasa putus asa atau frustrasi. Menurut dia, masalah tidak pernah akan
hilang, sehingga seperti takdir manusia yang diberikan oleh Tuhan, hanya saja
tinggal menunggu waktu dan kesanggupan manusianya.
Sebagai seorang ibu yang
memerhatikan keluarganya, Sofi mengaku mendapatkan kepuasan batin ketika
melakukan berbagai hobi atau kegemarannya bersama-sama keluarga, seperti
berkaraoke di rumah, membaca novel dan majalah, menonton film, bahkan bersepeda
dengan keluarga. Jika tidak ditugasi oleh kantor, setiap hari Minggu, Sofi dan keluarga bersepeda ke pusat kota dari rumahnya.
“Suatu hari nanti, ketika saya
pensiun, tentunya saya akan kembali ke keluarga. Jadi, buat saya keluarga itu
tetap nomor satu,” pungkas Sofi.
Penulis: GRC/AB
Sumber:Investor Daily