Rabu, 14 Mei
2014, 18:00 WIB
Salah satu sudut Gang Dolly, di Surabaya, Jawa Timur. |
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali
kota Surabaya, Tri Rismaharini menegaskan tujuan utama dari upaya revitalisasi
kawasan lokalisasi Dolly adalah terjaganya kondusivitas di Kota Surabaya. Wali
kota tidak menginginkan terjadi benturan (konflik), tetapi diselesaikan dengan
damai.
"Saya tidak ingin ada gesekan,
saya harus bisa menjaga kondusifitas Surabaya. Saya yakin semuanya berniat
baik. Jadi saya mohon didoakan supaya kami kuat. Kami mohon diberikan
kesempatan untuk menyelesaikannya dulu. Saya yakin, kalau kita niatnya baik,
Insya-Allah, Allah akan membantu," katanya.
Wali kota perempuan pertama di Kota
Surabaya ini menegaskan, Pemkot memiliki keyakinan bisa menyelesaikan rencana
penutupan Dolly sesuai rencana, sebab Pemkot sebelumnya sudah berhasil menutup
empat lokalisasi di Surabaya, yakni lokalisasi Dupak Bangunsari, Kremil Tambak
Asri, Klakah Rejo dan Sememi.
Bahkan, lanjut dia, tidak sekadar
menutup, Pemkot Surabaya juga melakukan pendampingan. Kini, beberapa mantan PSK
dan mucikari di bekas lokalisasi tersebut sudah banyak yang berhasil menekuni
Usaha Kecil Menengah (UKM). Mereka sudah menghasilkan produk-produk seperti
batik dan kue.
Terkait rencana penutupan Dolly,
wali kota menyiapkan langkah-langkah agar perekonomian warga sekitar bisa hidup
melalui sentra PKL atau juga pasar. Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini
menegaskan bahwa rencana penutupan lokaliasi tersebut bukan didasari karena
emosi.
Tetapi demi masa depan anak-anak di
sana dan juga untuk mengangkat derajat warga di sekitar lokalisasi. Menurut
wali kota, Pemkot sudah melakukan pendekatan kepada warga di sekitar lokalisasi
Dolly sejak 2010. "Ini bukan hanya menangani PSK atau mucikari saja,
tetapi juga warga di sekitar lokalisasi. Saya ingin ekonomi mereka bangkit
dengan usaha yang diridhoi Allah. Insya Allah bisa, meski memang butuh waktu,"
jelasnya.
Redaktur : Agung Sasongko
|
Sumber : Antara
|