Kebahagian adalah konsep universal, hanya saja definisinya berbeda dari satu orang ke orang lain. Yang merepotkan adalah bagaimana mencari kebahagiaan itu.
Kebahagian saat ini adalah cabang ilmu pengetahuan yang serius. Lebih dari 3 ribu guru besar di seantero dunia meneliti apa sebenarnya kebahagian itu. Apakah ada kunci yang bisa membuka pintu menuju ke kebahagiaan dan apa sebabnya kebahagiaan itu begitu penting?Terlebih dulu ada kabar yang kurang baik: kunci menuju kebahagiaan tidak ada. Tetapi ada berbagai cara untuk menjadi bahagia. Penulis buku ihwal kebahagiaan, 'The world book of Happiness' Leo Bormans adalah seorang yang bahagia. Di Vlandria, Belgia utara yang juga berbahasa Belanda, buku ini terjual habis dalam empat hari. Di Belanda buku tersebut pekan ini mulai dijual di toko buku. Dan sudah ada terjemahannya dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman.
Seratus ilmuwan asal 50 negara menyorot konsep kebahagiaan ini dari sudut pandang masing-masing. Bukan hal yang mengawang-awang, bukan juga cerita sukses mereka sendiri. Namun pengetahuan berdasarkan penelitian ilmiah. Panjangnya maksimal 1.000 kata.
Menentukan sendiri
Ada yang bahagia dalam relasi dengan pasangan yang menyenangkan, atau kalau bersantai jalan-jalan di hutan yang rimbun, namun ada juga yang bahagia kalau punya uang tabungan di bank yang lumayan besar.
Kebahagian itu bukan kupu-kupu yang kebetulan hinggap di bahu Anda. Orang bisa berusaha sendiri untuk mendapatkannya, itulah pesan yang cukup menarik. Ide lama bahwa seseorang harus hidup alim dan menderita dulu sebelum bisa menjadi bahagia harus dilempar ke tong sampah saja. Tidak ada salahnya kalau Anda mencari secara sadar kebahagan itu, visi yang menyegarkan.
Sampai 40 persen dari perasaan bahagia dan optimisme ditentukan oleh bagaimana memandang dunia dan memilih sendiri tawaran yang ada. Separuh ditentukan oleh warisan genetik dan 10 persen ditentukan oleh faktor lingkungan. Bormans menuliskan, "Duduk santai berjemur di matahari adalah sesuatu yang berbeda dengan kesadaran bahwa matahari bersinar cerah. Seseorang memanfaatkan apa yang ada dan kemudian menjadi bahagia.''
Krisis ekonomi
Mencari kebahagiaan memang sedang 'ngetrend'. Kebutuhan orang terhadap kebahagiaan kini berkaitan dengan krisis ekonomi. "Kita berpikir kalau menjadi kaya maka juga menjadi bahagia. Tapi ini tidak benar," tutur Bormans. Itulah sebabnya, Prancis dan Cina memasukan indeks kebahagiaan dalam kebijakannya dua tahun lalu.
Ini adalah tolok ukur negara yang tidak menyorot pertumbuhan ekonomi namun mementingkan lingkungan hidup dan kemakmuran. Menurut Bormans, yang penting bukan kebahagiaan pribadi namun kebahagian bersama dalam kelompok, sekolah, perusahaan, dan negara. Orang Barat dalam hal ini bisa belajar dari Timur dan sebaliknya. Bormans berharap, bukunya akhirnya akan menjurus ke Gerakan Demi Kebahagiaan.
Bagi Anda yang sedang murung, jangan khawatir, merasa bahagia bukanlah kewajiban. Bormans menuliskan lagi, "Kita semua berhak atas kepedihan dan kesedihan kita. Yang penting, apakah kita bisa puas dengan hidup kita. Jenis kepuasan yang menghasilkan sesuatu yang baru, optimistis yang aktif. Mungkin kata-kata yang terlalu mengawang-awang, namun ungkapan ini didukung oleh hasil penelitian ilmiah."
Red: Endro Yuwanto
Sumber: radio nederland
Dari Republika Senin, 3 Oktober 2010
Selasa, 1 Januari 2011 (Rosita S.Priyadi di Pangarakan-Bogor)