by Slamet for everyone |
KEMUNUGKINAN BESAR ANAK BERBOHONG disebabkan oleh karena ORANG TUA acap kali melarang anak untuk mengatakan atau menceritakan sesuatu peristiwa atau kejadian yang benar. Sebagai ilusterasi, "Jagad secara terus terang mengatakan kepada ibunya bahwa ia sangat membenci adiknya yang bernama Jayeng dan pernah mencubit adiknya itu sampai menangis meraung-raung." Mendengar pernyataan ini Ibunya langsung mencubit paha Jagad bahkan menampar pihinya hingga memar memerah. Suatu ketika Jagad marah lagi pada adiknya karena mengganggu saat ia sedang belajar, ibunya datang, hati Jagad masih bergolak menahan rasa marahnya, akan tetapi Jagad mengatakan pada ibunya itu, bahwa ia sangat menyayangi adiknya. Mendengar penuturan ini ibunya langsung merangkul Jagad dengan mencium pipinya dan mengusap-usap kepalanya. Dari contoh ilusterasi di atas dapat kita tarik kesimpulan, bahwa berbicara benar membuat seorang anak Jagad, mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan, merasakan kesakitan, dicubit dan ditampar oleh ibunya, sedangkan dengan berbohong mengatakan yang bukan sebenarnya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman itu mengajarkan kepada anak bahwa ibu lebih menyukai kepada anaknya yang berbohong. Hal seperti inilah yang acap kali dikeluhkan oleh seorang ibu karena anak-anaknya sering berbohong. Orang tua terutama seorang ibu sering kali menyalahkan anak-anaknya yang sering kali berbohong. Padahal secara tak disadarinya, kelakuan dan sikap anak untuk berbicara bohong itu akibat dari prilaku dan tindakannya sendiri dalam menyikapi suatu kejadian di dalam keluarga berkait dengan anak-anaknya. Dan berbicara bohong dari anak-anaknya tersebut merupakan hasil dari didikkannya sendiri. BOHONG adalah berbicara yang tidak sebenarnya dan itu dilalakukan dengan sengaja yang bertujuan untuk memperdayakan orang lain. Dengan kata lain berbohong meliputi tiga faktor; 1 ) berbicara yang tidak dengan sebenarnya, 2.) dilakukan dengan sengaja, dan 3 ) bertujuan untuk memperdayakan orang lain. Berkait dengan masalah tersebut di atas, jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong, maka seyogyanyalah harus bersedia untuk mendengarkan suatu kebenaran baik kebenaran itu terasa manis atau pahit, baik ataupun buruk yang dinyatakan oleh seorang anak. Jangan sampai anak merasa takut untuk mengungkapkan segala isi hatinya. Seorang anak biasanya akan selalu memperhatikan reaksi orang tua terhadap ekspresi ungkapan perasaannya. Dan reaksi-reak si oran tuanya itulah yang mengajarkan kepada anak, apakah sebaiknya dia bersikap jujur atau berbohong. Apabila orang tua pada suatu ketika menghukum anaknya yang sudah mengatakan yang sebenarnya, jujur dan tidak berbohong, maka tentunya seorang anak akan terdorong untuk berbohong sebbagai tindakan bela diri atau pertahanan diri. (Pustaka: Psikologi Populer/Drs.Dewa Ketut Sukardi) Kamis, 26 Febuari 2011 Roasita S.Priyadi di Pangarakan - Bogor |
jika orang tua menginginkan anak-anaknya bersikap jujur, dan tidak berbohong, maka orang harus bersedia menerima dan mendengarkan suatu kebenaran yang dinyatakan oleh sang anak,meskipun itu terdengar baik ataupun buruk.
BalasHapus