by Zainal for everyone |
Yogyakarta, Rabu, 03 Nopember 2010
Jam. 05.10an
Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelegence) Zainal Arifin
derizzain@yahoo.co.id/derizzain.multiply.com Preface
Salah satu sebab kenapa bangsa ini kalah maju dibanding dengan bangsa lain adalah rendahnya tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) dan lemahnya budaya belajar, membaca, dan meneliti bagi masyarakat Indonesia. Setiap hari kita disuguhi pelbagai kerusuhan yang dilakukan oleh para pemuda kita, setiap saat kita dipertontonkan pelbagai kerusakan moral para remaja kita, dan seterusnya.
Kita juga sering terlambat dalam mengakses pengetahuan dibandingkan negara lain. Contohnya tentang teori kecerdasan majemuk ini. Beberapa tahun terakhir ini, teori kecerdasan majemuk baru disadari oleh para stakeholder pendidikan, padahal teori ini sudah ditemukan oleh Howard Gardner pada tahun 1983, ketika itu aku masih berumur 3 tahun.
Contoh: Ada salah satu temanku waktu MAN, dia memiliki kecerdasan linguistik, khususnya mahir dalam berbahasa Arab. Dia memiliki kelemahan dalam kecerdasan logic-matematika, sehingga ketika ujian matematika, nilainya selalu rendah. Tapi, dia tidak menyerah untuk menatap masa depan, dia kembangkan kemampuan bahasa Arabnya, sehingga ketika lulus MAN, dia bisa mengikuti ujian beasiswa ke Universitas Al-Azhar Mesir dan lulus. Dia berhasil bersaing dengan ratusan pelajar Indonesia untuk meraih beasiswa itu. Inilah yang dimaksud kesuksesan dalam mengembangkan kecerdasan.
Setiap anak, tidak bisa kita paksa harus menguasai semua bidang keilmuan, apalagi mata pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia tergolong banyak sekali dibandingkan dengan negara lain. Tapi, kita atau guru atau orang tua harus memahami kecerdasan setiap anak didiknya, sehingga kita tahu mau dibawa kemana anak tersebut? Berdasarkan kenyataan ini, sebenarnya Ujian Nasional (UN) itu menyalahi kodrat murid. Apalagi UN dipaksa sebagai syarat kelulusan….
Setiap murid dipaksa harus menguasai 3 bidang studi, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika. Dampaknya, UN selama ini sering berjalan tidak jujur, karena sekolah ‘bingung’? Sekolah bingung memaksa setiap murid yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda untuk menguasai 3 mata pelajar tersebut agar lulus ujian. Akhirnya, kejujuran yang selama 3 tahun diajarkan oleh guru/sekolah hancur/dilanggar habis-habisan selama 3 hari saat UN, baik yang dilakukan oleh murid atau bahkan guru, pengawas ujian, kepala sekolah, kepala kemendiknas/ kemenag. APA KATA DUNIA? Kalau dunia pendidikan sudah tidak lagi mengajarkan kejujuran? Maka, jangan heran kalau pemimpin kita banyak yang tidak jujur. Salah satu penyebabnya, sekolah/guru/orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan kejujuran kepada muridnya.
Contohnya, agar semua muridnya lulus UN, kepala sekolah membentuk tim sukses. Kenapa? Karena, kepala sekolah malu jika banyak muridnya yang tidak lulus UN, ATAU karena Gubernurnya/Bupatinya malu jika sekolah di bawah kekuasaanya banyak muridnya yang tidak lulus UN, ATAU gurunya sendiri malu jika muridnya tidak lulus UN. Contoh ketidakjujuran, seorang guru mengerjakan soal UN kemudian jawabannya disebarkan kepada semua murid, atau pengawas ujian memberi kelonggaran kepada semua murid untuk saling mencontek atau bekerja sama dengan temannya, atau kepala sekolah memberikan ultimatum kepada semua pengawas agar jangan terlalu serius/galak dalam mengawasi ujian, yang penting ujian berlangsung dengan tenang, kalau perlu pengawas memberitahukan jawabannya,… dan seterusnya, belum lagi ada jual beli kunci jawaban,…banyak kasus sekolah favorit seperti RSBI yang banyak siswanya tidak lulus karena ada kebocoran kunci jawaban palsu…. (malah curhat)
Teori Kecerdasan Majemuk telah dikembangkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 dan dipublikasikan dalam ‘Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelegence’. Gardner (1983, 1993) mengusulkan tiga prinsip fundamental tentang kecerdasan. Prinsip pertama, kecerdasan bukan entitas tunggal (single entity) tapi meliputi kecerdasan majemuk, yang setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda. Prinsip kedua, kecerdasan setiap orang sifatnya independen. Dengan kata lain, jika ada orang yang memiliki salah satu kecerdasan, hal ini tidak mengindikasikan bahwa dia juga memiliki kecerdasan yang lain. Prinsip ketiga, bahwa perbedaan tipe kecerdasan akan saling mempengaruhi. Artinya, perbedaan kecerdasan akan bekerja bersama untuk memberikan solusi setiap masalah.
a. Kecerdasan Linguistik/bahasa, Linguistic Intelligence, sensitif terhadap arti dan perintah kata. Contoh orang yang memiliki tipe kecerdasan ini adalah penyair dan penulis.
Posted by Rosita S.Priyadi
Kamis, 3 Febuari 2011 di Pangarakan-Bogor
Kita juga sering terlambat dalam mengakses pengetahuan dibandingkan negara lain. Contohnya tentang teori kecerdasan majemuk ini. Beberapa tahun terakhir ini, teori kecerdasan majemuk baru disadari oleh para stakeholder pendidikan, padahal teori ini sudah ditemukan oleh Howard Gardner pada tahun 1983, ketika itu aku masih berumur 3 tahun.
Hadirnya teori kecerdasan membenarkan adanya kenyataan bahwa semua manusia dilahirkan cerdas. Setiap manusia memiliki potensi/kecerdasan masing-masing. Potensi kecerdasan inilah dalam teori Islam dikenal dengan istilah FITRAH. Maka, tidak boleh lagi seorang guru mengatakan bahwa muridnya bodoh. Tidak ada lagi seorang guru mengatakan muridnya idiot, pembuat onar, tidak bisa diatur…jika kita mengenal karakter kecerdasan setiap anak, maka kita bisa menyikapi, sebaiknya anak ini kita arahkan kemana?
Contoh: Ada salah satu temanku waktu MAN, dia memiliki kecerdasan linguistik, khususnya mahir dalam berbahasa Arab. Dia memiliki kelemahan dalam kecerdasan logic-matematika, sehingga ketika ujian matematika, nilainya selalu rendah. Tapi, dia tidak menyerah untuk menatap masa depan, dia kembangkan kemampuan bahasa Arabnya, sehingga ketika lulus MAN, dia bisa mengikuti ujian beasiswa ke Universitas Al-Azhar Mesir dan lulus. Dia berhasil bersaing dengan ratusan pelajar Indonesia untuk meraih beasiswa itu. Inilah yang dimaksud kesuksesan dalam mengembangkan kecerdasan.
Setiap anak, tidak bisa kita paksa harus menguasai semua bidang keilmuan, apalagi mata pelajaran di sekolah-sekolah Indonesia tergolong banyak sekali dibandingkan dengan negara lain. Tapi, kita atau guru atau orang tua harus memahami kecerdasan setiap anak didiknya, sehingga kita tahu mau dibawa kemana anak tersebut? Berdasarkan kenyataan ini, sebenarnya Ujian Nasional (UN) itu menyalahi kodrat murid. Apalagi UN dipaksa sebagai syarat kelulusan….
Setiap murid dipaksa harus menguasai 3 bidang studi, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika. Dampaknya, UN selama ini sering berjalan tidak jujur, karena sekolah ‘bingung’? Sekolah bingung memaksa setiap murid yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda untuk menguasai 3 mata pelajar tersebut agar lulus ujian. Akhirnya, kejujuran yang selama 3 tahun diajarkan oleh guru/sekolah hancur/dilanggar habis-habisan selama 3 hari saat UN, baik yang dilakukan oleh murid atau bahkan guru, pengawas ujian, kepala sekolah, kepala kemendiknas/ kemenag. APA KATA DUNIA? Kalau dunia pendidikan sudah tidak lagi mengajarkan kejujuran? Maka, jangan heran kalau pemimpin kita banyak yang tidak jujur. Salah satu penyebabnya, sekolah/guru/orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan kejujuran kepada muridnya.
Contohnya, agar semua muridnya lulus UN, kepala sekolah membentuk tim sukses. Kenapa? Karena, kepala sekolah malu jika banyak muridnya yang tidak lulus UN, ATAU karena Gubernurnya/Bupatinya malu jika sekolah di bawah kekuasaanya banyak muridnya yang tidak lulus UN, ATAU gurunya sendiri malu jika muridnya tidak lulus UN. Contoh ketidakjujuran, seorang guru mengerjakan soal UN kemudian jawabannya disebarkan kepada semua murid, atau pengawas ujian memberi kelonggaran kepada semua murid untuk saling mencontek atau bekerja sama dengan temannya, atau kepala sekolah memberikan ultimatum kepada semua pengawas agar jangan terlalu serius/galak dalam mengawasi ujian, yang penting ujian berlangsung dengan tenang, kalau perlu pengawas memberitahukan jawabannya,… dan seterusnya, belum lagi ada jual beli kunci jawaban,…banyak kasus sekolah favorit seperti RSBI yang banyak siswanya tidak lulus karena ada kebocoran kunci jawaban palsu…. (malah curhat)
Teori Kecerdasan Majemuk (multiple intelegence)
Delapan kecerdasan yang diusulkan Gardner sebagai berikut:
a. Kecerdasan Linguistik/bahasa, Linguistic Intelligence, sensitif terhadap arti dan perintah kata. Contoh orang yang memiliki tipe kecerdasan ini adalah penyair dan penulis.
b. Kecerdasan Logika matematika, Logical-mathematic Intelligence, Kemampuan dalam matematika dan sistem logika yang kompleks. Kecerdasan tipe ini dapat dilihat dalam pekerjaan yang berhubungan dengan sain (ilmu pengetahuan).
c. Kecerdasan spasialal/ruang, Spatial Intelligence, Kemampuan untuk “berpikir tentang gambar”, dapat merasakan dunia visual secara tepat, dan membuat ulang (atau mengubah) visual (gambar) tersebut dalam pikiran maupun di atas kertas. Contoh orang yang memiliki kecerdasan spatial adalah pelaut, insinyur, ahli bedah, pilot, pengemudi mobil (sopir), dan pemahat (ahli patung).
d. Kecerdasan musikal, Musical Intelligence, Kemampuan memahami dan menciptakan musik. Contoh orang yang memiliki kecerdasan musikal adalah musikus (musisi), penggubah lagu (komponis), dan pedansa (dancer).
e. Kecerdasan jasmani dan gerak, Bodily-kinesthetic Intelligence, Kemampuan menggunakan badan sebagai keahlian untuk ekspresi diri atau mencapai cita-cita, seperti yang diperlukan dalam dansa, atletik, perawatan, pembuatan kerajinan, dan sebagainya.
f. Kecerdasan Interpersonal, Interpersonal Intelligence, Kemampuan untuk memperhatikan dan memahami individu yang lain – seperti perasaan mereka, keinginan, dan motivasi. Contoh orang yang memiliki kecerdasan interpersonal adalah sales, politikus, guru, dokter, dan para pemimpin agama.
g. Kecerdasan Intrapersonal, Intrapersonal Intelligence, Kemampuan untuk memahami dirinya sendiri dan mengembangkan percaya diri. Seorang novelis dan konselor menggunakan pengalaman mereka untuk membimbing orang lain.
h. Kecerdasan Natural/Alami, Naturalistic Intelligence, Kemampuan untuk mengenal flora dan fauna serta dapat membedakan dunia alamiah. Kecerdasan ini dimiliki oleh pemburu, petani, turis, peserta didik bidang ilmu biologi, dan sebagainya.
Posted by Rosita S.Priyadi
Kamis, 3 Febuari 2011 di Pangarakan-Bogor
Jika dunia pendidikan sudah tidak lagi mengajarkan kejujuran? Maka, jangan heran kalau pemimpin kita banyak yang tidak jujur. Salah satu penyebabnya, sekolah/guru/orang tua tidak konsisten dalam mengajarkan kejujuran kepada muridnya.
BalasHapus